Perubahan Terhadap Penurunan Mutu Pada Ikan Segar
(setelah ikan mati)
Secara
umum ikan diperdagangkan dalam keadaan sudah mati dan seringkali dalam keadaan
masih hidup. Pada kondisi hidup tentu saja ikan dapat diperdagangkan dalam
jangka waktu yang lama. Sebaliknya dalam kondisi mati ikan akan segera
mengalami kemunduran mutu.Segera setelah ikan mati, maka akan terjadi
perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya pembusukan.
Perubahan-perubahan tersebut terutama disebabkan adanya aktivitas enzim,
kimiawi dan bakteri.Enzim yang terkandung dalam tubuh ikan akan merombak
bagian-bagian tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor), bau (odor),
rupa (appearance) dan tekstur (texture). Aktivitas kimiawi adalah terjadinya
oksidasi lemak daging oleh oksigen. Oksigen yang terkandung dalam udara
mengoksida lemak daging ikan dan menimbulkan bau tengik (rancid)Perubahan yang
diakibatkan oleh bakteri dipicu oleh terjadinya kerusakan komponen-komponen
dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimia. Aktivitas kimia
menghasilkan komponen yang yang lebih sederhana. Kondisi ini lebih disukai
bakteri sehingga memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.Dalam kenyataannya
proses kemunduran mutu berlangsung sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling
kait mengait, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara
bersamaan.
3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas ikan (mutu) dikaitkan dengan kesegaran dan kerusakan ikan :
a. Daerah
Penangkapan
- Jumlah dan jenis mikrofloranya (lingkungan).
- Adanya cemaran pada daerah-daerah tertentu, memungkinkan
mempengaruhi cita rasa daging ikan.
b.
Metode/cara penangkapan dan pendaratan ikan
- Jarak pengangkutan dari tempat penangkapan ke tempat
pendaratan.
c. Cara penanganan pasca tangkap
hasil perikanan
- Peralatan yang digunakan.
- Penggunaan bahan-bahan pendingin (es).
- Cara penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain.
d. Keadaan cuaca/suhu
3.2 Metode Penentuan Kesegaran ikan Secara kimiawi:
a. Dengan
memeriksa pH daging ikan
- pH pada ikan yang sudah tidak segar biasanya lebih basis
(tinggi) daripada yang masih segar, hal ini disebabkan oleh timbulnya
senyawa-senyawa yang bersifat basis, misalnya ammonia, trimetilamin,
dan senyawa-senyawa volatil lainnya.
b. Dengan
Menentukan Kandungan Hipoksantin
- Semakin tinggi kandungan Hipoksantin, maka
kesegaran ikan akan semakin rendah.
- Batas kandungan Hipoksantin yang masih
diterima oleh konsumen berkisar 5 mm/g atau 70 mg % di atas angka tersebut ikan
sudah tidak segar lagi.
- Pengujian Hipoksantin didasarkan pada daya
reduksi yang diberikan oleh hasil pemecahan Hipoksantin oleh hipoksantin-oksidase
yang digunakan kepada 2,6-diklorofenolindofenol (DIP). Reduksi
DIP menghasilkan pewarnaan yang dapat diukur dengan Kolorimetet/spektrofotometer
pada panjang gelombang 640 nm.
c. Dengan
Menentukan Kadar Dimetilamin, Trimetilamin, atau Ammonianya
- Penguraian protein akan menghasilkan senyawa-senyawa
tersebut.
- Apabila kesegaran ikan menurun, maka kandungan nitrogen yang
mudah menguap akan meningkat.
- Penguraian protein pada ikan darat berbeda dengan ikan laut.
Pada ikan darat akan dihasilkan Ammonia, sehingga pada ikan laut
akan dihasilkan Dimetilamin/ Trimetilamin.
d. Defosforilasi Inosin Monofosfat (IMP)
- Defosforilasi IMP erat kaitannya dengan perubahan
citarasa daging ikan. IMP dapat juga digunakan sebagai cara untuk
menentukan kesegaran ikan, namun cara ini agak sulit dilaksanakan, karena
lamanya proses Defosforilasi IMP pada masing-masing jenis hasil
perikanan berbeda.
e. Melihat Kerusakan Lemak Pada
Daging Ikan
- Kerusakan lemak dapat terjadi karena oksidasi, baik secara Oto-oksidasi
(enzimatik) maupun (nonenzimatik).
- Pemeriksaan kerusakan lemak dapat dikerjakan dengan
memeriksa kandungan peroksidanya/jumlah Malonaldehida yang biasa
dinyatakan sebagai angka TBA (thiobbarbituric acid).
- Pemeriksaan lemak ini kurang mendapatkan hasil yang baik,
karena banyak faktor yang mempengaruhi proses penguraian lemak.
f. Dengan
Menentukan Kandungan senyawa-senyawa Volatil lainnya, seperti H2S,
Karbonil, S, dan NH3 (ammonia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar