Banyak orang menafsirkan makna jihad fi sabilillah dengan
berbagai macam penafsiran. Mana makna jihad yang benar menurut kaca mata
syariat Islam? Dan peperangan seperti apa saja yang dapat dikategorikan sebagai
jihad fi sabilillah?
Ada upaya baru yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam,
yakni meminggirkan dan menghilangkan makna serta pengaruh istilah-istilah Islam
di tengah-tengah kaum Muslim. Salah satu istilah yang berusaha mereka eliminir
dan kaburkan adalah istilah jihad. Hal itu dilakukan bukan saja dengan
menciptakan stereotipe negatif tentang jihad, mujahid dan syahid,
tetapi juga dengan mengalihkan makna jihad secara syar’i ke pengertian jihad
secara bahasa (lughawi) yang bersifat lebih umum.
Tidak dipungkiri, kata jihad memiliki pengarih yang amat
luas, dan masih memiliki greget yang mendalam di kalangan kaum Muslim. Gaung
jihad akan segera menghentakkan kaum Muslim, yang sehari-harinya biasa-biasa
saja. Seketika kita berubah wujud menjadi luar biasa. Fenomena semacam ini amat
dipahami, baik oleh musuh-musuh Islam maupun kalangan Muslim sendiri. Tidak
aneh jika kata jihad sering dipelintir maknanya untuk kepentingan politik
negara-negara besar maupun kalangan-kalangan tertentu.
Negara Barat kafir seperti AS, hingga kini tetap giat
mempropagandakan pandangan bahwa jihad sama dengan teror, mujahidin sama
dengan teroris atau ekstremis yang harus dimusuhi, dilawan, dan dibinasakan. Mereka khawatir dengan bangkitnya
semangat kaum Muslim melawan hegemoni sistem kufur yang dipelopori AS. Kaum
orientalis dan para pengikutnya mengarahkan makna jihad dalam pengertian yang
lebih luas, mencakup jihad pembangunan, jihad menuntut ilmu, jihad mencari
nafkah, jihad ekonomi, jihad politik dan sejenisnya. Semua itu mengaburkan
makna jihad yang sebenarnya. Dalam skala yang lebih sempit lagi, kata jihad
ternyata juga sengaja dipelintir dan dipolitisasi untuk menghadang atau melawan
kelompok tertentu yang bertentangan dengan kelompok mereka. Inilah yang
sekarang terjadi di negeri ini.
Untuk meluruskan
persepsi keliru tentang makna jihad agar tidak digunakan untuk kepentingan
politik tertentu, yang dengan gampang mengangkat perkara ini guna menghadang
pihak lain yang menghalang-halangi atau mengganggu eksistensi dan kepentingan
kelompok mereka, sangatlah penting menjelaskan hakikat jihad yang sebenarnya
kepeda seluruh kaum Muslim.
Jihad berasal dari kata jâhada, yujâhidu, jihâd.
Artinya adalah saling mencurahkan usaha1. Lebih jauh lagi Imam an-Naisaburi
dalam kitab tafsirnya menjelaskan arti kata jihad –menurut bahasa-, yaitu
mencurahkan segenap tenaga untuk memperoleh maksud tertentu2.
Al-Quran menggunakan arti kata jihad seperti diatas dalam
beberapa ayatnya, seperti ayat berikut:
Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dalam
hal yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (TQS. Luqman [31]: 15)
Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah
kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas
fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-kadang dengan menggunakan
harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat tenaga untuk
meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat
umum, yaitu kerja keras.
Al-Quran telah mengarahkan makna jihad pada arti yang
lebih spesifik, yaitu: Mencurahkan segenap tenaga untuk berperang di jalan
Allah, baik langsung maupun dengan cara mengeluarkan harta benda, pendapat,
memperbanyak logistik, dan lain-lain3.
Pengertian semacam ini tampak dalam kata jihad yang ada
dalam ayat-ayat Madaniyah. Maknanya berbeda dengan kata jihad yang terdapat
dalam ayat-ayat Makkiyah. Kata jihad mengandung makna bahasa yang bersifat
umum, sebagaimana pengertian yang tampak dalam al-Quran surat al-Ankabut [29]:
ayat 6 dan 8 serta surat Luqman [31]: ayat 15.
Tidak kurang dari 26 kata jihad digunakan dalam ayat-ayat
Madaniyah. Semuanya mengindikasikan bahwa jihad disini mengandung muatan makna
perang menentang orang-orang kafir dan keutamaan orang yang pergi berperang
dibandingkan dengan orang yang berdiam diri saja. Pengertian semacam ini
diwakili oleh firman Allah Swt:
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan
atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan
Allah. Yang demikian
adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (TQS. at-Taubah [9]: 41)
Jihad dengan
makna mengerahkan segenap kekuatan untuk berperang di jalan Allah juga
digunakan oleh para fuqaha. menurut mazhab Hanafi, jihad adalah mencurahkan
pengorbanan dan kekuatan untuk berjuang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta
benda, lisan dan sebagainya4. Menurut mazhab Maliki, jihad berarti peperangan
kaum Muslim melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan kalimat Allah
hingga menjadi kalimat yang paling tinggi5. Para ulama
mazhab Syafi’i juga berpendapat bahwa jihad berarti perang di jalan Allah6.
Sekalipun kata jihad menurut bahasa memliki arti
mencurahkan segenap tenaga, kerja keras, dan sejenisnya, tetapi syariat Islam
lebih sering menggunakan kata tersebut dengan maksud tertentu, yaitu berperang
di jalan Allah. Artinya, penggunaan kata jihad dalam pengertian berperang di
jalan Allah lebih tepat digunakan ketimbang dalam pengertian bahasa. Hal ini sesuai
dengan kaidah yang sering digunakan para ahli ushul fiqih:
Makna syariat lebih utama dibandingkan dengan makna
bahasa maupun makna istilah (urf)7.
Dengan demikian, makna jihad yang lebih tepat diambil
oleh kaum Muslim adalah berperang di jalan Allah melawan orang-orang kafir
dalam rangka meninggikan kalimat Allah.
Pengaburan makna jihad dalam pengertian syariat ini,
dengan cara mengalihkannya ke pengertian yang lebih umum, seperti jihad
pembangunan, me untut ilmu, mencari nafkah, berpikir keras mencari
penyelesaian, dan sejenisnya yang dianggap sebagai aktivitas jihad- merupakan
upaya untuk menghilangkan makna jihad dalam pengertian al-qitâl, al-harb,
atau al-ghazwu, yaitu berperang (di jalan Allah).
Untuk menentukan bahwa suatu pertempuran itu tergolong jihad
fi sabilillah (sesuai dengan definisi diatas) atau termasuk perang saja,
maka kita perlu mencermati fakta tentang jenis-jenis peperangan yang dikenal
dalam khasanah Islam. Di
dalam Islam terdapat kurang lebih 12 jenis peperangan, yaitu:
1. Perang melawan
orang-orang murtad.
2. Perang
melawan para pengikut bughât.
3. Perang
melawan kelompok pengacau (al-hirabah atau quthâ at-thuruq) dari
kalangan perompak dan sejenisnya.
4. Perang mempertahankan kehormatan secara khusus (jiwa,
harta benda dan kehormatan).
5. Perang mempertahankan kehormatan secara umum (yang
menjadi hak Allah atau hak masyarakat).
6. Perang
menentang penyelewengan penguasa.
7. Perang
fitnah (perang saudara).
8. Perang
melawan perampas kekuasaan.
9. Perang
melawan ahlu dzimmah.
10.Perang
ofensif untuk merampas harta benda musuh.
11.Perang untuk
menegakkan Daulah Islam.
12.Perang untuk
menyatukan negeri-negeri Islam.8
Perang melawan
orang-orang murtad
Murtad, menurut Imam Nawawi, adalah orang
yang keluar dari agama Islam, mengeluarkan kata-kata atau tindakan kekufuran,
dengan disertai niat, baik niatnya mencela, karena kebencian, atau pun
berdasarkan keyakinan9. Orang yang murtad di beri batas waktu, bisa tiga hari
atau pun lebih untuk bertobat10. Jika jangka waktu yang diberikan berakhir,
sementara yang bersangkutan tetap tidak berubah, maka ia wajib dibunuh.
Jika yang
murtad itu merupakan satu komunitas, baik didukung oleh negara kafir atau pun
berdiri sendiri, hukumnya juga sama, yaitu wajib diperangi sebagaimana halnya
memerangi musuh, bukan seperti memerangi bughât11.
Perang
melawan para pengikut bughat
Bughat
adalah mereka yang memiliki
kekuatan, kemudian menyatakan keluar atau memisahkan diri dari Daulah
Islamiyah, melepaskan ketaatannya kepada negara (Khalifah), mengangkat senjata,
dan mengumumkan perang terhadap negara. Tidak dibedakan lagi apakah mereka memisahkan
diri dari Khalifah yang adil atau zhalim; baik mereka memisahkan diri karena
adanya perbedaan (penafsiran) dalam agama atau mungkin ada motivasi dunia.
Semuanya tergolong bughat selama mereka mengangkat senajata atau pedang
terhadap kekuasaan Islam12.
Jika ada
kelompok orang semacam ini, menurut Imam Nawawi, yang harus dilakukan oleh
kepala negara adalah memberinya nasehat agar mereka kembali dan bertobat13.
Jika tidak kembali mereka harus diperangi agar jera. Dalam perkara ini,
peperangan yang dimaksud adalah peperangan untuk mendidik mereka, bukan perang
untuk membinasakan mereka. Alasannya, mereka adalah kaum Muslim yang tidak
sadar, dan kesadarannya harus dikembalikan14.
Oleh karena
itu, perang melawan bughat tidak tergolong ke dalam aktivitas jihad
fi sabilillah. Ada dua alasan penting: (1) yang diperangi adalah kaum
Muslim; (2) korban yang terbunuh dalam peperangan ini tidak termasuk syahid.
Perang
melawan kelompok pengacau
Kelompok
pengacau adalah mereka yang melakukan tindak kriminal dalam wujud sekumpulan
orang bersenjata dan memiliki kekuatan. Tujuannya adalah merampok, menyamun,
membunuh, menebar teror atau ketakutan terhadap masyarakat umum15. Para
pelakunya bisa terdiri dari empat jenis: (1) orang-orang murtad; (20 orang
kafir ahlu dzimmah; (3) orang-orang kafir musta’man; (4) orang
Islam.
Jika di dalam
Daulah Islamiyah muncul kelompok semacam ini, mereka wajib diperintahkan untuk
meletakkan senjata dan menyerahkan diri, setelah sebelumnya diberikan nasehat.
Apabila mereka tidak mengindahkan seruan negara, maka mereka wajib diperangi.
Daulah Islamiyah wajib melenyapkan ancaman mereka atas kaum Muslim.
Perang melawan
mereka dapat dimasukkan ke dalam golongan jihad fi sabilillah, jika
sasarannya adalah orang-orang murtad, ahlu dzimmah dan orang-orang kafir
musta’man. Sebaliknya, jika sasarannya adalah kaum Muslim yang melakukan
kekacauan, peperangan melawan mereka tidak tergolong sebagai jihad fi
sabilillah16.
Perang
mempertahankan kehormatan pribadi
Para fuqaha
memberinya istilah lain dalam peperangan jenis ini, yaitu as-siyâl. As-Siyâl adalah
tindakan ancaman atas harta benda, jiwa dan kehormatan. Ketiga perkara tersebut
merupakan perkara-perkara yang harus dijaga. Hukum mempertahankan ketiga jenis
perkara tersebut disyariatkan oleh Islam. Jika pihak yang merampas kehormatan,
harta benda, atau pun jiwa itu adalah orang-orang kafir, maka peperangan
melawan mereka dimasukkan sebagai jihad fi sabilillah. Akan tetapi jika
pihak yang mertampas kehormatan, jiwa dan harta benda kaum Muslim adalah juga
dari kaum Muslim, maka jenis peperangan melawan mereka tidak digolongkan
sebagai jihad17.
Perang mempertahankan kehormatan secara umum
Sekalipun obyeknya sama dengan jenis peperangan
sebelumnya, yaitu mencakup kehormatan, harta benda dan jiwa, akan tetapi
terdapat perbedaan yang mendasar dalam perkara ini. Perang dalam rangka
mempertahankan kehormatan secara umum, ditujukan kepada orang-orang yang
melakukan pelanggaran atas kehormatan, harta benda dan jiwa, yang dimilikinya
sendiri. Misalnya, sekelompok orang yang melacurkan diri, mengambil harta orang
lain secara sukarela untuk berjudi, atau sekelompok orang yang bermaksud
membunuh diri mereka sendiri. Inilah yang dimaksud dengan pelanggaran terhadap
hak-hak Allah dan hak-hak masyarakat, karena dapat merusak kesucian jiwa dan
kebersihan hidup masyarakat.
Berperang untuk mengikis habis pelanggaran hak Allah dan
hak masyarakat ini, di dalam fiqih Islam lebih dikenal dengan taghyir
al-munkar. Negara wajib memelihara kesucian jiwa dan kebersihan hidup
masyarakat dengan memerangi mereka yang akan membinasakan kehormatan, harta
benda dan jiwa mereka sendiri. Perang
dalam rangka ini tidak termasuk ke dalam aktivitas jihad.
Perang
menentang penguasa yang menyimpang
Peperangan
jenis ini, dalam fiqih Islam dikenal dengan beberapa istilah, seperti al-khurûj
(pemisahan diri), ats-tsaurah (pemberontakan atau kudeta), an-nuhûdl
(kebangkitan), al-fitnah (fitnah), qitâl azh-zhulmah (memerangi
kezhaliman), qitâl al-umarâ (memerangi penguasa), inqilâb (revolusi),
harakat tahririyah li tashîh al-auda (gerakan pembebasan untuk
perbaikan), harb ahliyah (perang saudara), dan lain-lain18.
Yang perlu
diingat, peperangan jenis ini berada dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah,
yakni tatkala di dalamnya tampak penyelewengan penguasa dalam:
1. Meninggalkan
shalat, puasa, atau rukun Islam lainnya.
2. Tidak
menegakkan rukun Islam di tengah-tengah masyarakat.
3. Melakukan
kemaksiatan secara terang-terangan.
4. Melakukan
kekufuran secara terang-terangan.
Peperangan
jenis ini memerlukan burhân (bukti) yang pasti bahwa Khalifah
benar-benar telah menyimpang dari hukum Islam yang qath’i dengan
menjalankan kekufuran. Dalam kondisi semacam ini, seorang Khalifah harus
dilengserkan dan dianggap murtad. Jika ia melawan, maka perang melawannya dapat
dikategorikan sebagai jihad. Jika Khalifah hanya melakukan penyelewengan saja,
tidak sampai melakukan kekufuran secara terang-terangan tetapi mengharuskan
dirinya dilengserkan dari kedudukannya sebagai Khalifah, sementara ia tidak
bersedia diturunkan, maka perang melawannya sama dengan melawan bughât,
tidak dikategorikan sebagai jihad19.
Perang fitnah
(perang saudara)
Perang saudara
disini maksudnya adalah perang antara dua pihak atau lebih yang melibatkan kaum
Muslim yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam. Contoh yang paling mudah untuk
perang saudara ini adalah apa yang terjadi dan dialami oleh kaum Muslim di
Afghanistan (pada masa pemerintahan Thaliban).
Perang saudara
semacam ini tidak digolongkan sebagai jihad fi sabilillah. Bahkan,
banyak hadits yang melarangnya, sementara para pelakunya diancam akan
dimasukkan ke dalam neraka.
Perang
melawan perampas kekuasaan
Kekuasaan itu
ada di tangan rakyat (umat). Demikian kesimpulan dari berbagai hadits yang
menyangkut bai’at. Bai’at berasal dari umat yang diberikan kepada Rasulullah
saw, atau para Khalifah setelah beliau. Artinya, orang yang memperoleh
kekuasaan bukan melalui tangan umat atau melalui paksaan dianggap sebagai pihak
yang merampas kekuasaan.
Perang melawan
pihak yang merampas kekuasaan tidak digolongkan sebagai jihad. Meskipun
demikian, dalam kasus ini, terdapat dua pendapat yang berbeda di kalangan
sahabat. Ali bin Abi Thalib ra menganggapnya sebagai jihad. Sikap beliau
diwujudkan dalam tindakannya, yakni tidak memandikan jenazah para sahabatnya
yang gugur dalam perang Shiffin. Sebaliknya adalah pendapat Asma binti
Abubakar. Ia memandikan anaknya, yakni Abdullah bin Zubair tatkala berperang
melawan pihak yang merampas kekuasan, yaitu Marwan bin Hakam20.
Perang melawan ahlu dzimmah
Ahlu dzimmah adalah setiap orang non muslim yang
menjadi rakyat (warga negara) Daulah Islamiyah dan dibiarkan memeluk
agamanya21. Ahlu dzimmah adalah orang yang terikat perjanjian dengan
Daulah Islamiyah serta memperoleh dzimmah (jaminan) dari negara atas
jiwa, kehormatan dan harta bendanya. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap
perjanjian tersebut dapat menggugurkan status dzimmah mereka.
Pelanggaran tersebut mencakup setiap perkara yang
mengganggu atau menghilangkan harta benda, jiwa dan kehormatan kaum Muslim,
seperti (1) membantu menyerang kaum Muslim, (2) membunuh kaum Muslim, (3)
merampok harta benda kaum Muslim, (4) menjadi perusuh, (5) membocorkan rahasia
kaum Muslim kepada musuh, (6) menodai kehormatan wanita muslimah, (7) mempengaruhi
kaum Muslim agar memeluk agama mereka yang kafir.
Berbagai pelanggaran ini jika dilakukan oleh ahlu
dzimmah dapat menggugurkan dzimmah (jaminan) negara atas keselamatan
harta benda, kehormatan dan jiwa mereka.
Perang melawan ahlu
dzimmah semacam ini termasuk jihad fi sabilillah. Alasannya, status
mereka pada kondisi demikian telah berubah menjadi kafir harbi, karena
mereka telah kehilangan dzimmahnya. Kasus semacam ini akan dihadapi jika
mereka benar-benar melakukan konspirasi bersama dengan orang-orang kafir
harbi untuk menyerang kaum Muslim22.
Perang
untuk menegakkan Daulah Islamiyah
Untuk
mengetahui pakah perang jenis ini temasuk jihad fi sabilillah atau
bukan, harus dicermati dulu faktanya. Pertama, jika sasaran perang dalam rangka
menegakkan Daulah Islamiyah itu berasal dari kalangan kaum Muslim yang tidak
setuju dengan tegaknya Daulah Islamiyah, maka perang jenis ini dimasukkan ke
dalam perang melawan bughat. Kedua, perang melawan ahlu dzimmah yang
tidak mau tunduk kepada Daulah Islamiyah yang baru berdiri, maka peperangannya
dianggap sebagai jihad melawan orang-orang kafir harbi. Ketiga, perang
melawan negeri-negeri Islam yang tidak mau bergabung dalam naungan Daulah Islamiyah.
Perang jenis ini dimasukkan sebagai perang melawan bughât. Keempat,
perang melawan penjajah atau negara-negara kafir yang tidak ingin melihat
berdirinya Daulah islamiyah. Perang jenis ini digolongkan sebagai jihad fi
sabilillah.
Perang
untuk menyatukan negeri-negeri Islam
Perang untuk
menyatukan negeri-negeri Islam pada dasarnya tergolong perang untuk menegakkan
kalimat Allah. Meskipun demikian, perlu dicermati sasarannya. Jika yang
diperangi adalah orang-orang kafir atau ahlu dzimmah yang telah mencampakkan
perjanjiannya, maka melawan mereka dikategorikan sebagai jihad. Akan tetapi,
jika yang diperangi adalah sesama kaum Muslim yang teguh pada nasionalisme atau
kebangsaannya, sementara mereka dijadikan alat oleh negara-negara kafir untuk
melawan sesama kaum Muslim, maka perang melawan mereka tidak dikategorikan
sebagai jihad fi sabilillah23.
Berdasarkan
uraian singkat ini, kaum Muslim bisa lebih berhati-hati dalam menyikapi
provokasi, ajakan, maupun seruan-seruan jihad yang disalahgunakan oleh banyak
pihak yang didasarkan pada kepentingan politik tertentu. Alih-alih mengharapkan
mati syahid, yang diperoleh ternyata mati konyol. Na’udzi billahi min
dzalika.
PENGERTIAN "JIHAD" DALAM ISLAM
============================
"Jihaad" yang terdiri dari tiga huruf akar kata "j-h-d" diartikan dalam
bentuk kata benda sebagai: usaha, upaya dan karya; penggunaan,
penyelenggaraan, pemerasan dan pengerahan tenaga; kegiatan dan semangat; kerajinan dan ketekunan, penderitaan dan kesusahan). Khusus untuk kata jadian (derivatif) "jihad" dan Mujaahadat" diartikan: berjuang melawan kesulitan-kesulitan; memerangi orang-orang kafir. Dari segi bahasa secara garis besarnya, jihad dapat diartikan sebagai: Penyeruan (ad dakwah), menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar), Penyerangan (ghazwah), pembunuhan (qital), peperangan (harb), penaklukan (siyar) menahan hawa nafsu (jihad an-nafs), dan lain yang semakna dengannya ataupun yang mendekati (Hilmi 2001,131).
Jihad dapat digolongkan dalam dua golongan yang disebut:
1. Jihad besar atau Al Akbar, dan
2. Jihad kecil atau Al Asghar.
Bentuk-bentuk jihad dalam agama Islam antara lain:
1. Jihad Dakwa, yaitu melalui pikiran dan pengetahuan.
2. Jihad dengan pengerahan senjata (perang). (QS An Nisa (4):49).
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan
Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh. (As Saff:4). Konon nabi
Muhammad SAW sendiri lebih dari dua puluh kali memimpin
peperangan fisik guna membela, mempertahankan dan meluaskan
agama Islam.
3. Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa (QS An Nisa (4):95.
QS 61:11). Osama bin Laden memiliki dana sekitar US$ 4 Milyar.
Kekayaannya telah dimanfaatkan untuk mendanai aktivitas jihad
melalui berapa jaringan. Jihad dalam bentuk kedua dan tiga memiliki
kaitan yang sangat erat.
Imam Raqib al Isfani menyebut 3 arti dari jihad, yakni:
1. Berjuang melawan musuh yang nyata, yaitu memerangi manusia
yang dianggap kafir karena berbeda agama.
2. Bejuang melawan nafsu, yaitu keinginan buruk dalam diri sendiri.
3. Berjuang melawan setan.
Sedangkan menurut Ibnu Dayyin al Jauziah, Jihad terdiri dari 4 martabat, yaitu:
1. Jihad hawa nafsu, yaitu peperangan dalam diri orang tersebut untuk mengalahkan semua nafsu jahat.
2. Jihad terhadap setan.
3. Jihad terhadap orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang tidak beragama Islam.
4. Jihad terhadap orang-orang munafik, yaitu mereka yang mengaku
beragama Islam tapi perilaku hidupnya tidak mengikuti ajaran Islam.
Dengan mengacu kepada Al-qur'an dan teladan nabi Muhammad, maka secara umum diseluruh dunia pada periode abad ke-20 dan 21 ini, dan secara khususnya di Indonesia, kita dapat melihat, mendengar, mengalami dan merasakan penerapan kata "jihad" ini dalam kehidupan kaum Muslim. Mereka bangkit bagaikan singa yang terjaga dari tidurnya, dan mulai meregangkan otot-otot jaringannya, memperdengarkan auman suaranya dan bergerak untuk menyerang target-target yang dianggap sebagai penghalang, sekaligus berupaya menguasai lahan potensi dalam kehidupan berbangsa, seperti:
politik, militer, hukum, ekonomi, pendidikan, kesehatan, media &
komunikasi, seni & budaya, busana sampai pada makanan. Kesemuanya diperjuangkan haruslah berlandaskan pada syariat Islam dan bernuansa Islami.
============================
"Jihaad" yang terdiri dari tiga huruf akar kata "j-h-d" diartikan dalam
bentuk kata benda sebagai: usaha, upaya dan karya; penggunaan,
penyelenggaraan, pemerasan dan pengerahan tenaga; kegiatan dan semangat; kerajinan dan ketekunan, penderitaan dan kesusahan). Khusus untuk kata jadian (derivatif) "jihad" dan Mujaahadat" diartikan: berjuang melawan kesulitan-kesulitan; memerangi orang-orang kafir. Dari segi bahasa secara garis besarnya, jihad dapat diartikan sebagai: Penyeruan (ad dakwah), menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar), Penyerangan (ghazwah), pembunuhan (qital), peperangan (harb), penaklukan (siyar) menahan hawa nafsu (jihad an-nafs), dan lain yang semakna dengannya ataupun yang mendekati (Hilmi 2001,131).
Jihad dapat digolongkan dalam dua golongan yang disebut:
1. Jihad besar atau Al Akbar, dan
2. Jihad kecil atau Al Asghar.
Bentuk-bentuk jihad dalam agama Islam antara lain:
1. Jihad Dakwa, yaitu melalui pikiran dan pengetahuan.
2. Jihad dengan pengerahan senjata (perang). (QS An Nisa (4):49).
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan
Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh. (As Saff:4). Konon nabi
Muhammad SAW sendiri lebih dari dua puluh kali memimpin
peperangan fisik guna membela, mempertahankan dan meluaskan
agama Islam.
3. Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa (QS An Nisa (4):95.
QS 61:11). Osama bin Laden memiliki dana sekitar US$ 4 Milyar.
Kekayaannya telah dimanfaatkan untuk mendanai aktivitas jihad
melalui berapa jaringan. Jihad dalam bentuk kedua dan tiga memiliki
kaitan yang sangat erat.
Imam Raqib al Isfani menyebut 3 arti dari jihad, yakni:
1. Berjuang melawan musuh yang nyata, yaitu memerangi manusia
yang dianggap kafir karena berbeda agama.
2. Bejuang melawan nafsu, yaitu keinginan buruk dalam diri sendiri.
3. Berjuang melawan setan.
Sedangkan menurut Ibnu Dayyin al Jauziah, Jihad terdiri dari 4 martabat, yaitu:
1. Jihad hawa nafsu, yaitu peperangan dalam diri orang tersebut untuk mengalahkan semua nafsu jahat.
2. Jihad terhadap setan.
3. Jihad terhadap orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang tidak beragama Islam.
4. Jihad terhadap orang-orang munafik, yaitu mereka yang mengaku
beragama Islam tapi perilaku hidupnya tidak mengikuti ajaran Islam.
Dengan mengacu kepada Al-qur'an dan teladan nabi Muhammad, maka secara umum diseluruh dunia pada periode abad ke-20 dan 21 ini, dan secara khususnya di Indonesia, kita dapat melihat, mendengar, mengalami dan merasakan penerapan kata "jihad" ini dalam kehidupan kaum Muslim. Mereka bangkit bagaikan singa yang terjaga dari tidurnya, dan mulai meregangkan otot-otot jaringannya, memperdengarkan auman suaranya dan bergerak untuk menyerang target-target yang dianggap sebagai penghalang, sekaligus berupaya menguasai lahan potensi dalam kehidupan berbangsa, seperti:
politik, militer, hukum, ekonomi, pendidikan, kesehatan, media &
komunikasi, seni & budaya, busana sampai pada makanan. Kesemuanya diperjuangkan haruslah berlandaskan pada syariat Islam dan bernuansa Islami.
MAKSUD JIHAD DALAM ISLAM:-
Allah berfirman di dalam Al-Quran yang mulia yang mafhumnya:
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman dengan Allah dan Hari Kemudian, yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan rasulNya dan tidak pula beragama dengan agama yang benar (iaitu) di antara ahli kitab kecuali mereka membayar jizyah dengan kepatuhan yang rela dan merasa diri mereka ditawan."
Allah berfirman di dalam Al-Quran yang mulia yang mafhumnya:
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman dengan Allah dan Hari Kemudian, yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan rasulNya dan tidak pula beragama dengan agama yang benar (iaitu) di antara ahli kitab kecuali mereka membayar jizyah dengan kepatuhan yang rela dan merasa diri mereka ditawan."
(At-Taubah:29)
"Perangilah orang-orang musyrik semuanya, sebagaimana mereka memerangi kamu semua"
(At-Taubah: 36)
Definisi Jihad:
Di dalam Al-Quran terdapat 121 ayat yang menyentuh persoalan memerangi orang kafir, perkataan-perkataan Bahasa Arab mungkin membawa pelbagai makna, tetapi dengan ketibaan ISLAM, beberapa perkataan Arab telah dihadkan maknanya kepada satu istilah sahaja iaitu istilah shari'ahnya.
Dalam istilah bahasa, jihad datangnya dari perkataan `jahada' yang bermakna "menggunakan segala usaha dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu". Dengan istilah ini, kita mungkin berjihad ketika belajar dengan menghadapi peperiksaan. Tetapi "Jihad" dalam definisi shari'ah hanya boleh membawa satu makna iaitu "menentang orang kafir di medan pertempuran dan menghapuskan segala rintangan terhadap da'wah bagi menjadikan kalimah Allah (Islam) itu tinggi setinggi-tingginya".
Islam bukan satu agama Arab, dan tidak dikhususkan kepada kaum Arab. Allah SWT.berfirman:
"Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada sekalian umat manusia, untuk memberi khabar gembira (dengan syurga) dan untuk memberi peringatan (dengan neraka), tetapi kebanyakkan manusia tidak mengetahui."
(As- Sabak:28)
Maka dari ayat di atas telah jelaslah, Islam perlu disebarkan ke seluruh umat manusia; dakwah adalah asas dasar luar negeri bagi daulah Islam semenjak Rasulullah saw mendirikan daulah di Madinah dan akan diteruskan hingga ke akhir zaman dan caranya ialah dengan Jihad. Rasulullah saw bersabda:
"Saya telah diperintahkan untuk memerangi orang ramai sehingga mereka berkata `La Ilaha Illa-Allah Muhammadun rasul-Allah'. Dan sekiranya mereka berkata demikian, maka mereka telat menyelamatkan darah (nyawa) serta harta benda mereka kecuali apa yang hak (dengan sebab)."
Dan Rasulullah saw juga bersabda:
"Al Jihad telah wujud semenjak Allah SWT mengutuskan saya dan (berterusan) sehingga yang terakhir di antara ummah saya memerangi Al Dajjal. Tiada kezaliman (seseorang) yang zalim atau keadilan (seseorang) yang adil akan menghentikannya."
Tujuan Jihad :
Jihad adalah alat yang digunakan oleh Daulah Islam untuk menyebarkan serta menyampaikan syi'ar Islam. Ianya digunakan sebagai tindakan fizikal menghapuskan segala halangan kepada dakwah Islam dan dengan cara inilah Islam dibawa keseluruh kawasan Daulah Islam baik pada zaman Rasulullah mahupun zaman para sahabat dan begitu juga di zaman khulafa' yang seterusnya. Ianya mempunyai tiga peringkat.
Yang pertama, penduduk disesuatu kawasan itu akan diajak
memeluk Islam, dan mereka akan diberi tempoh untuk mengkaji dan memahami Islam;
sekiranya mereka menolak mereka akan dipelawa menjadi rakyat Daulah Islam
dengan membayar `jizyah' dan Islam akan diimplimentasikan ke atas mereka, dan
mereka akan diberikan hak -hak yang sama seperti mana-mana umat Islam.
Sekiranya pelawaan ini ditolak juga, maka tatkala itu barulah tentera Islam akan
berjihad.
Perlulah difahami bahawa jihad hanyalah untuk menghapuskan rintangan terhadap dakwah kepada Islam; bukan untuk menakluk atau memperhambakan mana-mana kaum dan bukan untuk membina empayar dan tidak sekali untuk memaksa seseorang itu memeluk Islam. Allah SWT berfirman:
"Tidak ada paksaan dalam beragama..."
(Al-Baqarah: 256)
Jika diteliti setiap satu `sariah' serta `ghazwah' Rasulullah saw, kita dapati kesemuanya merupakan jihad menyerang (offensive) dan hanya satu sahaja yang merupakan defensif (itu pun merupakan satu tindakan yang taktikal sewaktu Perang Khandak). Tetapi dalam konteks masa kini, semua bentuk jihad yang wujud hanyalah jihad defensif berbeza dengan apa yang ditunjukkan oleh Rasulullah.
Pengeruhan Maksud Jihad:
Askar Daulah Islam, di waktu itu digeruni seluruh dunia; setelah Daulah Islam diruntuhkan, kaum orientalis telah berjaya untuk menanam pemikiran yang karut untuk memastikan supaya umat Islam kekal lemah, mereka berusaha dan berjaya untuk mengeruhkan beberapa konsep ideologi Islam; salah satu daripada konsep yang dikeruhi ialah konsep Jihad.
a. Semasa Inggeris menjajah India (iaitu tanah Islam) mereka telah mendatangkan kumpulan Qadiani, untuk mengelirukan umat serta menghabiskan usaha serta masa umat Islam; kumpulan ini menyarankan fahaman salah bahawa `jihad telah dibatalkan'. Perlu dinyatakan di sini bahawa pihak Inggeris memang takutkan kesanggupan umat Islam di wilayah India untuk berjihad menentang mereka sekiranya diarahkan oleh Khalifah di masa itu.
b. Musuh-musuh Islam cuba juga untuk menanamkan fahaman `jihad hanyalah untuk bertahan (defensive)'. Antara Ulama-ulama yang menyarankan pendapat begini pada masa itu ialah Muhammad Abduh dari Mesir. Pendapat ini masih disarankan oleh mereka yang telah patah semangat, dan cuba untuk menyesuaikan Islam dengan keadaan serta fahaman-fahaman kufur dan thagut.
c. Mereka cuba memberatkan jihad dari segi istilah bahasa dan cuba mengelakkan dari istilah syari'ah. Dengan itu, setiap kali jihad disebut, terus fahaman yang diambil ialah `usaha sedaya upaya' dan ini memadamkan api umat Islam untuk berjuang menegakkan Islam.
d. Fahaman jihad sengaja dialihkan kepada `jihad menentang hawa nafsu, atau jihad menentang hasutan syaitan'. Dalil yang mereka bawa ilah riwayat seorang sahabat yang berbunyi: "Kami baru pulang dari suatu jihad yang kecil kepada suatu jihad yang lebih besar." Seorang sahabat yang lain bertanya: "Apakah jihad yang lebih besar itu ?" Beliau menjawab, "Jihad menentang hawa nafsu,"
(dipetik dari `Al-Asrar al Marfu'a'-Mulla al Qari')
Sedangkan...
- (ibn Hajar) Al Asqalani (kurun ke-12) menyatakan bahawa
ini adalah kata-kata Ibrahim b. Abla (yakni bukannya kata-kata Rasulullah saw).
- Hafiz Iraqi menyatakan bahawa isnadnya daif (`Kanz Al
Ummal' Bab 4, H.616)
- Ibn Taymiyyah menyatakan bahawa isnadnya daif (`Al
Furqan)
- Lain-lain ulama Islam termasuk Qurtubi dan Suyuti menyatakan hadith ini daif.
- Lain-lain ulama Islam termasuk Qurtubi dan Suyuti menyatakan hadith ini daif.
Riwayat ini jelas bercanggah dengan ayat-ayat di dalam Al
Quran. Terdapat 121 ayat yang menyebut mengenai jihad menentang orang kafir.
Ramai ahli hadith menggolongkan ianya sebagai hadith maudu'(palsu). Masalahnya
sekarang ada di antara cendiakawan kita yang cuba menyarankan da'yah palsu
orientalis.
Sebagai contoh: Cik Salina Haji Zainol dalam artikelnya
sepanjang 4 halaman bertajuk; Konsep Jihad Menurut Islam di dalam majalah Visi
(terbitan IKIM) keluaran Januari-Mac 1995, telah menulis, "Adalah tidak
tepat jika jihad disamaertikan dengan perang". Seterusnya artikel itu
meneruskan proses mengeruhkan lagi erti kata `jihad', bila dinyatakan jihad
dalam Islam melingkungi jihat nafsu dan sebagainya.
Begitu jua dengan buku terbitan terbaru Kor Agama
Angkatan Tentera Malaysia (KAGAT) yang bertajuk "Ikhtibar Jihad
Rasulullah" yang menjelaskan pengertian jihad sebagai "penggemblengan
tenaga dengan menggunakan cara-cara yang aman. Peperangan hanya dilancarkan
apabila keadaan memerlukan seperti memelihara keselamatan para pendakwah dan
demi mempertahankan negara".
e. Jihad dari segi syari'ah terbahagi kepada dua jenis:
-Jihad menyerang (offensive) ini didirikan oleh Daulah Islam
-Jihad mempertahankan (defensive) dilakukan apabila umat/tanah orang Islam diserang oleh musuh Islam (kafir)
I. Kedua-dua bentuk jihad adalah wajib, tetapi
kini, jihad yang pertama tidak didirikan. Musuh Islam tidak henti-henti
menyerang umat Muhammad saw dan dengan kehilangan Daulah Islam, akibat mereka
sibuk dengan jihad yang kedua sahaja.; ini menghalang umat dari memberi tumpuan
kepada masalah dan wajib asasi iaitu penegakkan keseluruhan Islam.
II. Jihad mempunyai fungsi yang khusus dalam Islam, ianya merupakan thariqah ataupun kaedah Daulah Islam menyebarkan syiar Islam. Dengan itu, jihad mempunyai objektif yang khusus. Syuhada (mati syahid) hanyalah ganjaran bagi orang Islam yang terkorban di medan perang, maka mati syahid itu hanyalah hasilan sampingan dari berjihad; tapi kini, umat Islam mengejar syahid, tanpa menghiraukan objektif jihad yang sebenar, seperti yang ditentukan oleh Allah SWT.
III. Justeru itu juga, umat Islam melalaikan isu rancangan dan persiapan jihad dan era selepas jihad. (Kita menyaksikan keadaan yang sedih di Afghanistan). Akibatnya nasib umat Islam tidak berubah, beredar dalam pusaran pedih yang tidak putus-putus.
f. Jihad disalahgunakan tak mengira Islam atau tidak. Sekiranya kita memahami maksud jihad dari syari'ah Islam, tidak mungkin berlaku `jihad menentang sesama Islam' seperti diAlgeria, Afghanistan dan tidak mungkin juga jihad digunakan sebagai kaedah untuk menegakkan Daulah Islam!
g. Akhirnya, ada di antara umat Islam yang menganggap jihad meliputi mana-mana perjuangan yang dianggap `munasabah' dari segi fikirannya sendiri; mereka menganggap perjuangan kemerdekaan Amerika, British, Perancis, Komunis sebagai `jihad'. Islam langsung tidak diambil kira; kafir dan Muslim tidak dibezakan.
Erti jihad sebenarnya cukup luas lagi
kompleks. Ulama kontemporari juga menyenaraikan penglibatan gerakan islam dalam
Pilihan raya sebagai satu jihad!Iaitu usaha mengembalikan sistem kufur
(demokrasi) kepada pemerintahan islam (sistem khilafah) yang syumul lagi
menyeluruh.
Anas r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah saw berkata:
"Tiada siapa yang telah memasuki syurga akan mahu pulang ke dunia, walaupun jika ianya diberi segala apa yang dikandungi dunia; kecuali yang syahid, dia akan asyik mengharapkan dapat pulang ke dunia dan disyahidkan 10 kali lagi `fi sabilillah' disebabkan penghormatan yang diberi sebagai balasan syahidnya."
[Bukhari dan Muslim]
''Akan datang segolongan manusia pada hari kiamat di mana iman mereka adalah iman yang dahsyat, cahaya mereka memancar disekeliling mereka. Dikatakan oleh para malaikat pada mereka: 'Khabar gembira buat kalian pada hari ini. Salam sejahtera ke atas kalian. Masuklah ke dalam syurga selama-lamanya'.
Para malaikat dan para nabi merasa gembira kerana
kecintaan Allah ke atas mereka. Para sahabat bertanya: 'Siapakah mereka itu
wahai Rasullullah?'. Dijawab: 'Mereka bukan dari kita. Kalian adalah
sahabat-sahabatku. Mereka adalah kecintaanku. Mereka akan datang selepas
kalian, yang pada saat itu, mereka dapati Al-Quran telah diabaikan dan
As-Sunnah ditinggalkan. Namun mereka kemudian mempelajarinya dan
mengajarkannya.
Mereka dikepung oleh berbagai siksaan dari setiap tempat
dan penjuru lebih dari apa yang menimpa kalian. Iman salah seorang dari mereka
sebanding dengan 40 orang dari kalian. Dan syahid seorang dari mereka sebanding
dengan 40 syahid dari kalian, sebab kalian mendapat dukungan dalam
mempertahankan kebenaran. Mereka dikepung oleh berbagai kezhaliman dari
berbagai penjuru. Mereka berada di Baitul Maqdis. Ya Allah, tolonglah mereka,
jadikanlah mereka sebagai pengikut-pengikut (teman-temanku) di Al-Haudh (telaga
nabi di syurga) (Thabrani)
'Apabila telah bermaharajalela (muncul) dalam diri kalian dua kemabukkan: mabuk kebodohan dan mabuk kecintaan terhadap kehidupan, maka saat itulah kalian tidak memerintah kepada maaruf dan mencegah kemungkaran. Pada waktu itu orang yang terus berpegang dengan Kitabullah baik secara sembunya maupun terang-terang adalah setara dengan para pendahulu dari Muhajirin dan Anshar'
(Na'im bin Hammad dari Ibnu Wadhah)
'Orang yang terus berpegang pada agama dan sunnahku di zaman yang penuh dengan kemungkaran bagaikan orang yang menggenggam bara api. Siapa saja yang melaksanakan sunnahku pada saat demikian itu pahalanya senilai 50 orang dari kalian (sahabat)'
(Ibnu Wadhah dari Abu Tha'labah al-Khusyaini)
Semoga kita terus berjuang mengembalikan kegemilangan Islam dimuka bumi ini!
Al-Hamra':
teruskan jihad kalian!!!