Windarti Nofriyan Nengsih

SELAMAT DATANG DI BLOG WINDA

Jumat, 07 Juni 2013

laporan kelompok explorasi sumberdaya hayati laut



I.                   PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kawasan pantai di Indonesia memiliki potensi kesejahteraan yang cukup besar karena didukung oleh adanya ekosistem dengan produktifitas hayati yang tinggi sepertri terumbu karang, hutan mangrove, estuaria, padang lamun dan sebagainya. Sumberdaya hayati seperti terumbu karang, mangrove, estuaria, padang lamun, rumput laut dan sebagainya. Kemudian wilayah pantai ini juga memberikan jasa-jasa lingkungan yang cukup tinggi nilai estetika dan ekonomisnya. Selain itu Indonesia, merupakan  negara kepulauan yang terletak antara dua lautan besar yakni Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik.
Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk didalamnya Zona ekonomi Eksklusif mencakup 5, 8 juta kilometer persegi ( Dahuri, 2001).
Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya hayati. Sumberdaya hayati inilah yang akan kita perhatikan dalam lingkungan habitat sekitarnya, kemudian dilakukan pengolahan  sumberdaya hayati ini, yang bertujuan agar sumberdaya hayati dapat dimanfaatkan secara efektif dan berlangsung secara terus menerus, seperti kegiatan penangkapan dan pembudidayaan.
Penangkapan ikan bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan, dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menolah atau mengawetkan ikan. Jadi usaha penangkapan ikan memerlukan manajemen perikanan yang cukup komplek, terutama sekali dalam hal yang berkaitan denga mengelola sumberdaya ikan.
Eksplorasi sumber daya kelautan dan perikanan studi melalui pendekatan observasi untuk mendapatkan sumber-sumber perikanan dan kelautan baru yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Kegiatan observasi tidak harus difokuskan bagi sumberdaya untuk kepentingan pangan (food), namun termasuk sumber non-pangan (non-food) atau jasa ekosistem lainnya (ecosystem services). Mata kuliah ini berusaha untuk mengembangkan pendekatan dan metode untuk mendapatkan sumberdaya yang baru dan belum diketahui oleh manusia dan ilmu pengetahuan.
Kegiatan explorasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dimana didalamnya terdapat beberapa hal dan tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan explorasi tersebut. Explorasi dapat dilakukan ke berbagai hal, mulai dari sosial, ekonomi, hingga politik, termasuk juga bidang perikanan dan kelautan, kegiatan explorasi bertujuan untuk mengeluarkan segala potensi-potensi yang ada pada suatu objek namun belum dijamah atau dikelola orang, sehingga dengan kegiatan explorasi objek tersebut diharapkan dapat dikenal dan diketahui orang, dan dapat dijadikan sebuah sarana yang dapat dieksploitasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan tidak merusak objek tersebut.



1.2.Tujuan  Pratikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa-apa saja kegiatan yang ada dan dilakukan di Teluk Sungai Nipah, mulai dari penangkapan, pendaratan, dan pemasaran ikan, serta hal-hal eksternal di luar semua hal yang tersebut, seperti kehidupan sosial nelayan itu sendiri, dan hal-hal apa saja yang menjadi kendala bagi nelayan-nelayan tersebut dalam melakukan pekerjaannya. Kemudian dengan pendapatan nelayan perharinya apakah dapat mencapai kesejahteraan ekonominya.
1.3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan semua tahapan-tahapan awal pelaksanaan explorasi dan mulai mencari informasi tentang hal-hal baru apa saja yang dapat diexplorasi untuk selanjutnya diexploitasi secara optimal dan berkelanjutan terus-menerus kedepannya.







II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehidupan Nelayan
Secara teoritis, dengan kekayaan laut yang demikian besar, nelayan mampu hidup berkecukupan. Namun kenyataannya, jauh panggang dari api. Hanya segelintir nelayan yang hidup berkecukupan, selebihnya, sebagian besar yang lain dapat dikatakan bukan saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang. Berbagai kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan keluarganya (Acheson,1981, Emerson, 1980).
Kehidupan nelayan dapat dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara fisik masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka mengembangkan organisasi keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal (Boedhisantoso, 1999).
Gambaran kondisi kemiskinan nelayan antara lain secara nyata dapat dilihat dari kondisi fisik berupa kualitas pemukiman  mereka. Umumnya kampung-kampung nelayan miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi rumah hunian mereka. Rumah-rumah mereka yang umumnya sangat sederhana, yaitu berdinding bambu, berlantai tanah, serta dengan fasilitas dan keterbatasan perabot rumah tangga. Selain gambaran fisik, identifikasi lain yang menonjol di kalangan nelayan miskin adalah rendahnya tingkat pendidikan anak-anak, pola konsumsi sehari-hari, dan tingkat pendapatan mereka.
Di kampung-kampung nelayan memang ada beberapa rumah yang tampak megah dengan fasilitas yang memadai, itulah yang merupakan rumah-rumah pemilik perahu, pedagang perantara atau pedagang ikan. Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim ikan, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, serta dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terkurasnya sumber daya laut secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya peluang dan kesempatan nelayan untuk melakukan diverisifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut. Beberapa studi memperlihatkan bahwa di kalangan masyarakat nelayan telah berkembang berbagai strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, di antaranya adalah adanya pranata-pranata tradisional sebagai tindakan kolektif yang secara efektif dapat dipakai sebagai strategi untuk mengatasi kesulitan hidup, seperti pembentukan kelompok simpan pinjam dan arisan. Aktivitas ini sangat sederhana, fleksibel, dan adaptif terhadap kondisi-kondisi sosial-ekonomi, serta sesuai dengan kondisi masyarakat nelayan, terutama yang kurang mampu (Sulistyo dan Rejeki, 1994: 113-135; Kusnadi, 1997: 7-8). Strategi lain adalah dengan melakukan diversifikasi pekerjaan, baik pekerjaan-pekerjaan yang masih berkait dengan kegiatan kenelayanan atau pencarian ikan di laut, maupun kegiatan
di luar sektor kenelayanan, seperti bertani, berkebun, penjual jasa, tukang becak.

Kehidupan nelayan memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam. Keeratan hubungan ini menciptakan ketergantungan nelayan pada lingkungan alam, terutama ketergantungan terhadap sumber daya hayati yang ada di lingkungan alam yang dapat memberikan sumber penghidupan bagi mereka. Hubungan ini bersifat timbal balik, lingkungan alam dapat mempengaruhi nelayan, bagitu pula sebaliknya nelayan dapat mempengaruhi lingkungan alam melalui perilakunya (Sukadana, 1987).

2.2.Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Nelayan
Menurut Tarungmingkeng, (2002) perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat nelayan sejak dahulu sampai sekarang secara turun-temurun tidak mengalami perubahan yang berarti. Kelas nelayan pemilik kapal sebagai juragan relatif kesejahteraannya lebih baik karena menguasai sumber daya penangkapan ikan yang baik seperti kapal, mesin alat tangkap maupun pendukung lainnya seperti es, garam, dan lainnya. Kelas lainnya yang merupakan mayoritas adalah nelayan pekerja atau menerima upah dari pemilik kapal (juragan) dan kalaupun mereka mengusahakan sendiri sumber daya penangkapan ikannya masih konvensional, sehingga produktifitasnya tidak berkembang, kelompok inilah yang terus berhadapan dan digeluti kemiskinan yang termasuk kepada mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981:35).
Menurut Mubyarto, et al (1984), nelayan dibagi menjadi lima macam status nelayan, yaitu:
1. Nelayan Kaya A, yaitu nelayan yang mempunyai kapal sehingga
mempekerjakan nelayan lain sebagai buruh nelayan tanpa ia  harus ikut bekerja.  Nelayan jenis ini biasa disebut juragan
2. Nelayan Kaya B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi ia sendiri masih
ikut bekerja sebagai awak kapal
3. Nelayan Sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya dapat ditutup
dengan pendapatan pokoknya dari bekerja sebagai nelayan, dan memiliki perahu tanpa mempekerjakan tenaga dari luar keluarga
4. Nelayan Miskin, yaitu nelayan yang pendapatan dari perahunya tidak
mencukupi kebutuhan hidupnya  sehingga harus ditambah dengan bekerja lain,baik untuk ia sendiri atau untuk istri dan anak-anaknya
5. Buruh nelayan atau tukang kiteng, yaitu bekas nelayan yang pekerjaannya
memperbaiki jaring yang sudah rusak.  Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh kelompok orang-orang miskin yang berusia diatas 40 tahun dan sudah tidak kuat lagi melaut
Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, menyatakan bahwa dari 16.420.000 jiwa masyarakat pesisir yang menjadi sasaran dari program pemberdayaan masyarakat pesisir, 32% dari masyarakat sasaran masih berada di bawah garis kemiskinan, yaitu sebanyak 5.254.000 jiwa (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, 2007).
Menurut Satria (2002), kemiskinan dapat digolongkan berdasarkan penyebab kemiskinan. Ada dua aliran besar yang melihat faktor-faktor penyebab kemiskinan. Pertama, aliran modernisasi yang selalu menganggap persoalan kemiskinan disebabkan disebabkan faktor internal masyarakat. Dalam aliran ini, kemiskinan nelayan terjadi sebagai akibat faktor budaya (kemalasan), keterbatasan modal dan teknologi, keterbatasan manajemen,serta kondisi sumber daya alam. Kedua, aliran struktural yang menganggap kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor eksternal. Kemiskinan struktural dapat terjadi akibat, pertama, kemiskinan sebagai korban pembangunan. Kedua, kemiskinan terjadi karena golongan tertentu tidak memiliki akses terhadap kegiatan ekonomi produktif akibat pola institusional yang diberlakukan.  Dari dua aliran besar yang melihat faktor-faktor penyebab kemiskinan di atas kita dapat melihat bahwa salah satu hal mendasar yang menyebabkan kemiskinan tersebut adalah kurangnya pengetahuan dan lemahnya pendidikan, oleh karena itu faktor penting yang perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk memperkecil angka kemiskinan nelayan tersebut adalah dengan meningkatkan pendidikan nelayan.

2.3.Ekosistem dan Perikanan Laut
Sistem perairan menutupi 70% bagian dari permukaan bumi yang dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%,sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996).
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik  yang terbesar di planet bumi. Lautan menutupi lebih daripada 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61 persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi (Nybakken, 1988).
Menurut Dahuri (2001) wilayah pesisir merupakan batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut, ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200m ke arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah.
Perikanan merupakan salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa (Fauzi, 2006). Perikanan adalah  usaha manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan. Sebagai usaha atau kegiatan ekonomi, perikanan dapat dipandang sebagai sistem yang terdiri dari unsur atau subsistem ikan, manusia dan lingkungan atau habitat tempat ikan itu berada. Untuk memanfaatkan ikan, manusia membutuhkan teknologi, keterampilan dan modal. Sementara itu, kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan tidak hanya terbatas pada penangkapan atau pengambilan sumberdaya tersebut, tetapi menyangkut pada perencanaan kegiatan pemanfaatan, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan kegiatan pasca panen, pengolahan serta pemasaran (Nikijuluw, 2002).
Pembangunan perikanan pada dasarnya meupakan proses upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan dan sumberdaya perairan melalui kegiatan penangkapan dan budidaya ikan. Kegiatan lain yang berakitan dengan devisa negara, disertai upaya-upaya pemeliharaan pelestaria sumberdaya hayati dan lingkungan. Secara alami juga merupakan hal yang penting dalam perikanan. Dalam teknologi penangkapan ikan, ada empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu : jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkap yang digunakan dan keahlian yang dimiliki oleh nelayan.  indonesia pada umumnya usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan masih bersifat tradisional, yaitu menggunakan alat-alat penangkapan yang menggunakan konstruksi masih relatif, sederhana dan harganya murah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi usaha perikanan di Indonesia yaitu : 1) usaha yang masih bersifat sambilan, 2) terbatasnya pendidikan yang dimiliki oleh petani ikan, 3) kurangnya bimbingan dari pihak yang berwenang. Untuk itu pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah pengadaan dan penyediaan serta penyempurnaan sarana dan prasaran usaha perikanan, sarana perkreditan bagi petani ikan, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan dalam rangka alih teknologi bagi petani ikan.



III.             METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu & Tempat
Pelaksanaan praktikum Explorasi Sumberdaya Hayati Laut ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 11 Mei 2013 pukul 23.00 WIB s/d selesai di Teluk Sungai Nipah Kabupaten Pesisir Selatan, Painan, Sumatra Barat.

3.2. Bahan & Alat
Adapun bahan praktikum Explorasi Sumberdaya Hayati Laut ini adalah hasil tangkapan dari nelayan, dan alat-alat yang digunakan selama praktikum ini adalah alat tulis, lembaran form dan quisioner yang akan diajukan kepada nelayan, sabak atau papan yang digunakan untuk meletakan ikan saat melakukan pengukuran morfometrik ikan dan hasil tangkapan lainnya, penggaris digunakan untuk mengukur panjang ikan hasil tangkapan dan kamera untuk dokumentasi kegiatan selama praktikum.

3.3. Metode & Prosedur Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode survey langsung kelapangan, dimana prosedur praktikum ini adalah pertama briefing bersama-sama sebelum masuk menuju teluk sungai nipah, selanjutnya setelah tiba dilokasi praktikum setiap kelompok dibagikan tugas berdasarkan draft kegiatan yang telah disusun setiap kelompok, seperti melakukan wawancara dengan nelayan dan melakukan perhitungan morfometrik semua hasil tangkapan dilokasi pendaratan ikan, selanjutnya data hasil survey kelapangan dikumpulkan setiap kelompok untuk selanjutnya dijadikan laporan pratikum.















IV.             HASIL & PEMBAHASAN
4.1       keadaan umum sosialekonomi budaya masyarakat nelayan
            Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan kabupaten pesisir selatan hidup, tumbuh, danberkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut,meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki pendudukyang bermatapencaharian sebagai nelayan2. Walaupun demikian, di desa-desa pesisiryang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan masyarakat pesisir secara keseluruhan
Permukiman nelayan yang terbangun secara spontan sering kali dinilai sebagai permukiman masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR). Namun demikian masyarakat nelayan sungai nipah sendiri rata- rata mempunyai alat tangkat yang sama yaitu dengan menggunakan jaring yang ukuran nya 2 inc. dalam kehidupan social masyarakat nelayan di pesisir selatan ini sangat baik karna dalam kekompakan dan pembagian wilayah tangkap sudah mereka diskusikan dalam diskusi kelompok nelayan sehingga tidak ada lagi perdebatan,bukan hanya itu juga tapi budaya yang ada di pesisir selatan juga masih kental bagamana cara bersikap, keramah tamahan penduduknya masih terasa begitu juga saling tolong-menolong.
            Dalam penyediaan pemukiman nelayan masih menggunakan kayu atau papan dan beratapkan daun rumbia. Walaupun demikian kesejahteraan dan kemakmuran serta budaya yang masih kental dan kerukunan antar masyarakat nelayan mempunyai arti yang tinggi, perlunya mengembangkan  berbagai potensi sosial- budaya  yang dimiliki dan  berakar  kuat  dalam  struktur  sosial mereka, seperti pranata- pranata atau kelembagaan yang ada, jaringan sosial, dan sebagainya, sehingga masyarakat nelayan bisa keluar dari kemiskinan struktural.
Keberadaan  kehidupan  nelayan selama ini dihadapkan dengan  sejumlah permasalahan yang  terus membelitnya  seperti  lemahnya  manajemen  usaha, dan rendahnya   adopsi  teknologi   perikanan mengakibatkan kehidupan nelayan dalam realitasnya menunjukkan kemiskinan.
Rendahnya  pendidikan  dan  pengetahuan  serta  kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari   masyarakat  pulau-pulau   kecil.   Hasil  pembangunan  selama  ini   belum dinikmati oleh  masyarakat yang tinggal di kawasan pulau terpencil. Masyarakat diletakkan sebagai obyek pembangunan dan bukan sebagai subyek pembangunan, dengan  demikian   dibutuhkan  perhatian   dan  keinginan  yang  tinggi   untuk memajukan  kondisi  masyarakat pesisir khususnya  nelayan sebagai  pengelola sumberdaya pulau-pulau kecil agar dapat berlangsung secara lestari. Pembangunan    perikanan  memang  seperti  paradoks. Sumber daya perikanan  yang potensial dan  mampu menggenjot  penerimaan  ekonomi  yang tinggi  ternyata  tidak  tercermin  dari kesejahteraan  para  pelaku perikanan  itu sendiri.
4.2       Keadaan Umum Ekosistem dan Perikanan
Pesisir Selatan juga memiliki ekosistem mangrove 325 Hektare. Ekosistem manggrove beberpa tahun terakhir juga terancam mengalami kerusakan akibat penebangan. Maka DKP selalu memberikan pengertian kepada warga yang tinggal di pinggir pantai untuk selalu menjaganya. "Sementara terumbu karang terdapat di sepanjang perairan pantai. Namun kondisinya juga tidak baik. Hampir 80 persen terumbu karang mengalami kerusakan akibat ulah tangan manusia,"   
Selanjutnya menurut Edwil, sumber daya non hayati Pessel memiliki perairan teluk sebanyak 5 Teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan, Teluk Sungai Nipah, Teluk Betung, Teluk Sungai Bungin. Teluk tersebut merupakan potensi non hayati yang secara nyata belum terkelola dengan baik untuk kegiatan wisata.Jadi jika dikalkulasikan potensi perairan laut Pesisir Selatan itu mencapai 2.347,72 Hektare yang bisa digarap untuk budidaya laut. Sementara perairan payau sekitar 26.278,18 Ha, pulau-pulau kecil berjumlah 53 pulau, rawa dan telaga 491 Ha dan sungai 22.
Wilayah sungai nipah masih termasuk daerah yang terkena pasang surut dimana tempatnya terdapat terjangan ombak yang kuat saat pasang dan saat surut akan tenang,disini dapat ditemukan ekosistem terumbu karang,hutan mangrove dan rumput laut,kerusakan ekosistem yang ada di sungai nipah akibat pencari ikan dari nelayan daerah lain yang bukan penduduk asli sungai nipah, sihingga perlunya pembaharuan yang di lakukan oleh Dinas Perikanan dan mengajak masyarakat nelayan untuk berpatisipasi,alhasil yang di dapat cukup memuaskan karna ekositem tersebut perlahan-lahan tumbuh kembali walaupun butuh waktu yang sangat lama untuk pemulihannya.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat menergetkan produksi perikanan laut di daerah itu pada tahun 2013 sebanyak 33 ribu ton. Sejak beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan produksi pada tahun 2012 tercatat produksi perikanan tangkap mencapai 32.262,2 ton,meningkat di bandingkan 2011 sebanyak 28.890 ton .
Pada tahun 2012 sektor kelautan dan perikanan telah di laksanakan melalui 11 program dan 61 kegiatan. Dana yang di sediakan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2012 untuk berbagai kegiatan tersebut sebanyak Rp 12,64 miliar.Dari anggaran yang di sediakan untuk berbagai program itu terealisasi sebanyak Rp 7,90 miliar atau 92,53 persen,sedangkan pada APBD 2013 pemkab mengalokasikan dana untuk sector kelautan dan perikanan Rp12,64 miliar.
Di daerah pesisir selatan ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar sesuai dengan letak daerah sebagai wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan samudera hindia.
Produksi perikanan laut tersebut baru berkisr 26-30 persen dari potensi lestari ikan di daerah itu. Masih belum maksimal hasil tangkapannya atau produksi perikanan laut di bandingkan potensi lestari di sebabkan banyak hal di antaranya masih rendah penguasaan teknologi nelayan.
Potensi ikan di kabupaten pesisir selatan ini mencapai 140 ribu ton pertahun,namun yang tergarap rata-rata hanya sekitar 30 ribu ton pertahun. Potensi lestari itu menjadi modal bagi daerah untuk kian meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama para nelayan, namun tentu membutuhksn pengetahuan dan menguasai teknologi.






4.3       Data yang di dapat di pesisir selatan
NO 
NAMA IKAN
UKURAN TUBUH
BERAT
JUMLAH
TL
SL
1
Ikan gaguk
32
20
6 ons
2
2
ikan senangin
16
11
3 ons
3
3
ikan randang kaco
16
13
3 ons
3
4
ikan pinang
14
8
2 ons
11
5
ikan lidah
13
10
2 ons
2
6
ikan maco
10
7
1 ons
3
7
ikan bawal
10
8
1ons
1

4.4       Pembahasan
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat menergetkan produksi perikanan laut di daerah itu pada tahun 2013 sebanyak 33 ribu ton. Sejak beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan produksi pada tahun 2012 tercatat produksi perikanan tangkap mencapai 32.262,2 ton,meningkat di bandingkan 2011 sebanyak 28.890 ton .
Pada tahun 2012 sektor kelautan dan perikanan telah di laksanakan melalui 11 program dan 61 kegiatan. Dana yang di sediakan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2012 untuk berbagai kegiatan tersebut sebanyak Rp 12,64 miliar.Dari anggaran yang di sediakan untuk berbagai program itu terealisasi sebanyak Rp 7,90 miliar atau 92,53 persen,sedangkan pada APBD 2013 pemkab mengalokasikan dana untuk sector kelautan dan perikanan Rp12,64 miliar.
Di daerah pesisir selatan ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar sesuai dengan letak daerah sebagai wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan samudera hindia.
Produksi perikanan laut tersebut baru berkisr 26-30 persen dari potensi lestari ikan di daerah itu. Masih belum maksimal hasil tangkapannya atau produksi perikanan laut di bandingkan potensi lestari di sebabkan banyak hal di antaranya masih rendah penguasaan teknologi nelayan.
Potensi ikan di kabupaten pesisir selatan ini mencapai 140 ribu ton pertahun,namun yang tergarap rata-rata hanya sekitar 30 ribu ton pertahun. Potensi lestari itu menjadi modal bagi daerah untuk kian meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama para nelayan, namun tentu membutuhksn pengetahuan dan menguasai teknologi.





V    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan maka saya dapat menyimpulkanjika dilihat dari segi social ekonomi budaya maka nelayan pesisir selatan dapat dikategorikan nelayan yang sejahtera karena pekerjaan nelayan ini sangat didukung oleh dinas Perikanan Dan Ilmu Keautan pesisir selatan dengan memberikan bantuan dan dukungan yang sangat mendukung. Dan pendapat nelayan rata-rata perhari dapat diategorikan bagus.  Dilihat dari segi hasil tangkapan maka hasil tangkapan yang dominan adalah ikan pinang-pinang, dan yang non ikan adalah kepiting dan udang.
5.1       Saran
Dari hasil pratikum yang saya lakukan masih banyak terlihat kekuranganya sperti kurang efektifnya pelaksaan pratikum dan informasi yang didapatkan kurang banyak disebabkan waktu yang telah larut sehinga sebaiknya perlu dilakukan pratikum lanjutan oleh adik-adik yang mengambil mata kuliah ekplorasi guna untuk lebih banyak mengetahui keadaan ekonomi pesisir selatan dan hasil tangkapan yang dominan didaerah sana.





DAFTAR PUSTAKA


Acheson, James M. 1981.“Anthropology of Fishing”. Annual Review
Anthropology Inc. Vol. 10. P 275-316
Boedhisantoso, S.1999. Komunitas Lokal di Kawasan Pesisir dan
Pemberdayaannya. Makalah Lokakarya Pembangunan Pranata Sosial Komunitas pesisir. Depok 30 Mei –1 juni 1999.
Barus, T.A. 1996. Metodologi Ekologis Untuk Menilai Kualitas Perairan Lotik.
Jurusan biologi. FMIPA. USU.
Dahuri  R.2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dahuri, Rokhmin. 2001”Kata Pengantar” dalam Pemberdayaan Masyarakat
Nelayan, Ary Wahyono, dkk (ed.). Yogyakarta. Media Pressindo
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007b. Buku Saku Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. Direktorat JenderalKelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Depertemen Kelautan dan Perikanan. 78 hal
Emerson, Donald K. 1980. Rethingking Artisanal Fisheries Development:
Western Concept, Asian Experiences. World Bank Staff Working Paper.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi.
Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.
Kusnadi. 1997Koperasi Keluarga: Pilihan Kontekstual bagi Masyarakat Nelayan.
Jember, Pusat Studi Komunitas Pantai, Universitas Jember._________. 2002. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta, LKIS.
Mubyarto. 1984.Strategi Pembangunan Pedesaan.Yogyakarta : P3PK UGM
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:
Gramedia.
Nikijuluw VPH. 2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. Pustaka
Cidesindo. Jakarta Selatan. xv+254 p.
Satria. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo.
Sukadana, A. Ad.1987. Antropo-Ekologi. Surabaya, Airlangga University Press.
Sulistyo dan Ninik Sri Rejeki. 1993. Potensi dan Prospek Pengembangan
Keswada-yaan Masyarakat Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten a Tengah”,dalam Mubyarto (eds.) Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal. Yogyakarta, Aditya Media.
Tarungmingkeng, Rudy C, Program Pasca Sarjana IPB, (2002) Makalah Sumber
Daya Manusia Nelayan.








































Lampiran Dokumentasi Lapangan

  
                                Wawancara dengan ketua kelompok nelayan


      
                                          Alat tangkap nelayan
                                                                                   
                                                         
                  Ikan Gaguk                                                     Ikan Senangin
                       Ikan Lidah                                                  Ikan Bawal
   
                                                                       
    
                   Ikan Pinang                                                    Ikan Macho



   




             
            Ikan Randang Kaco                                          

Kelompok Ikan

                     Udang                                                                Kepiting

Kelompok Non Ikan







DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................                i
DAFTAR ISI                 ...........................................................................               ii
DAFTAR TABEL        ...........................................................................              iii
1          PENDAHULUAN .........................................................................                 1
1.1  Latar Belakang   ..........................................................................                1
1.2  Tujuan Praktikum.........................................................................                3
1.3   Manfaat Praktikum.....................................................................                3
II    TINJAUAN PUSTAKA................................................................                 4
       2.1 Kehidupan Nelayan.....................................................................                4
       2.2 Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Nelayan.............................                6
       2.3 Ekosistem dan Perikanan Laut.....................................................                8
III   METODE PRAKTIKUM.............................................................               11
       3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................              11
       3.2 Alat dan Bahan  ..........................................................................              11
       3.3 Prosedur Praktikum......................................................................              11
IV   HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................              13
       4.1 Keadaan Umum SOSEBUD Masyarakat Nelayan......................              13
       4.2 Keadaan Umum Ekosistem dan Perikanan..................................              14
       4.3 Data dari Nelayan di Sungai Nipah.............................................              15
       4.4 Pembahasan        ..........................................................................              19
V    KESIMPULAN DAN SARAN......................................................              21
       5.1 Kesimpulan        ..........................................................................              21
       5.2 Saran                  ...........................................................................             21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                   Halaman         
1.                  Data Sekunder    ...........................................................................             24
2.                  Peta Lokasi          ...............................................................................         32
3.                  Data Dokumentasi Lapangan                                                                     33

















DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                          Halaman
1.                  Pengamatan biologi hasil tangkapan ikan dari sungai nipah pesisir selatan                            17
2.                  Pengamatan biologi hasil tangkapan non ikan dari sungai nipah pesisir selatan                     18
















KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaika laporan Praktikum “Eksplorasi Sumberdaya Hayati Laut” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa mengucapkan terimaksaih kepada Dosen pembimbing dan Asisten yang telah banyak membantu praktikan, sehingga praktikan dapat mengatasai kesulitan baik pada saat melaksanakan praktikum maupun dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
               


Pekanbaru,20 April 2013

PENULIS




LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM EXPSPLORASI SUMBERDAYA HAYATI LAUT YANG DI LAKSANAKAN
 DI  PANTAI SUNGAI NIPAH
 KABUPATEN PESISIR SELATAN

SUMATERA BARAT



Disusun Oleh :
WINDARTI NOFRIYAN NENGSIH
KORNELIUS K SITORUS
WINDA ABONI
RICA PURNAMA SARI
ILHAM
TOMI



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013
Diposting oleh windarti nofriyan nengsih di 07.26
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog

  • ►  2014 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ▼  2013 (8)
    • ▼  Juni (8)
      • pengertian jihad
      • laporan fisiologi hewan air menentukan laju pernap...
      • spesies yang ada pada zona intertidal
      • pengantar teknologi hasil perikanan
      • laporan dinamika populasi
      • Perkembangan Mikrobiologi Laut Di dunia
      • tugas mikrola tentang vibrio sp
      • laporan kelompok explorasi sumberdaya hayati laut
  • ►  2012 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (3)
v
kembang api2

Mengenai Saya

Foto saya
windarti nofriyan nengsih
PEKANBARU, RIAU, Indonesia
untuk hidup itu butuh perjuangan,harus kuat,semangat n bersabar serta berusaha...
Lihat profil lengkapku

Lencana Facebook

Windarti Nofriyan Nengsih

Buat Lencana Anda

invite yaa !!

http://qrif.files.wordpress.com/2011/03/photoshine3-5full.jpg?w=450&h=310. Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.