I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kawasan pantai di Indonesia memiliki potensi kesejahteraan yang
cukup besar karena didukung oleh adanya ekosistem dengan produktifitas hayati
yang tinggi sepertri terumbu karang, hutan mangrove, estuaria, padang lamun dan
sebagainya. Sumberdaya hayati seperti terumbu karang, mangrove, estuaria, padang lamun, rumput laut dan sebagainya. Kemudian wilayah pantai ini juga memberikan jasa-jasa
lingkungan yang cukup tinggi nilai estetika
dan ekonomisnya.
Selain itu Indonesia, merupakan negara
kepulauan yang terletak antara dua lautan besar yakni Samudra Indonesia dan
Samudra Pasifik.
Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang
lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk didalamnya Zona ekonomi Eksklusif
mencakup 5, 8 juta kilometer persegi ( Dahuri, 2001).
Perikanan
merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan
sumberdaya hayati.
Sumberdaya hayati inilah yang akan kita perhatikan dalam
lingkungan habitat sekitarnya, kemudian dilakukan pengolahan
sumberdaya hayati ini, yang bertujuan agar sumberdaya hayati dapat dimanfaatkan secara efektif dan berlangsung secara terus menerus, seperti kegiatan
penangkapan dan pembudidayaan.
Penangkapan
ikan bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan, dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat,mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menolah atau mengawetkan
ikan. Jadi usaha penangkapan ikan memerlukan manajemen perikanan yang cukup
komplek, terutama sekali dalam hal yang berkaitan denga mengelola sumberdaya
ikan.
Eksplorasi sumber daya kelautan dan
perikanan studi melalui pendekatan observasi untuk mendapatkan sumber-sumber
perikanan dan kelautan baru yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
Kegiatan observasi tidak harus difokuskan bagi sumberdaya untuk kepentingan
pangan (food), namun termasuk sumber non-pangan (non-food) atau jasa ekosistem
lainnya (ecosystem services). Mata kuliah ini berusaha untuk mengembangkan
pendekatan dan metode untuk mendapatkan sumberdaya yang baru dan belum
diketahui oleh manusia dan ilmu pengetahuan.
Kegiatan explorasi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dimana didalamnya terdapat beberapa hal dan tahapan yang harus
dilakukan untuk melakukan kegiatan explorasi tersebut. Explorasi dapat
dilakukan ke berbagai hal, mulai dari sosial, ekonomi, hingga politik, termasuk
juga bidang perikanan dan kelautan, kegiatan explorasi bertujuan untuk
mengeluarkan segala potensi-potensi yang ada pada suatu objek namun belum
dijamah atau dikelola orang, sehingga dengan kegiatan explorasi objek tersebut
diharapkan dapat dikenal dan diketahui orang, dan dapat dijadikan sebuah sarana
yang dapat dieksploitasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan tidak
merusak objek tersebut.
1.2.Tujuan
Pratikum
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa-apa saja kegiatan yang ada dan
dilakukan di Teluk Sungai Nipah,
mulai dari penangkapan, pendaratan, dan pemasaran ikan, serta hal-hal eksternal
di luar semua hal yang tersebut, seperti kehidupan sosial nelayan itu sendiri, dan hal-hal apa
saja yang menjadi kendala bagi nelayan-nelayan tersebut dalam melakukan
pekerjaannya. Kemudian dengan
pendapatan nelayan perharinya apakah dapat mencapai kesejahteraan ekonominya.
1.3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan semua
tahapan-tahapan awal pelaksanaan explorasi dan mulai mencari informasi tentang hal-hal baru apa saja
yang dapat diexplorasi untuk selanjutnya diexploitasi secara optimal dan berkelanjutan terus-menerus
kedepannya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Kehidupan Nelayan
Secara
teoritis, dengan kekayaan laut yang demikian besar, nelayan mampu hidup
berkecukupan. Namun kenyataannya, jauh panggang dari api. Hanya segelintir
nelayan yang hidup berkecukupan, selebihnya, sebagian besar yang lain dapat
dikatakan bukan saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang.
Berbagai kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan
dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan
dan keluarganya (Acheson,1981, Emerson, 1980).
Kehidupan
nelayan dapat dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga masih
terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang dialami
nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara fisik
masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih
terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan
ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka
mengembangkan organisasi keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal
(Boedhisantoso, 1999).
Gambaran
kondisi kemiskinan nelayan antara lain secara nyata dapat dilihat dari kondisi
fisik berupa kualitas pemukiman mereka.
Umumnya kampung-kampung nelayan miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi
rumah hunian mereka. Rumah-rumah mereka yang umumnya sangat sederhana, yaitu
berdinding bambu, berlantai tanah, serta dengan fasilitas dan keterbatasan
perabot rumah tangga. Selain gambaran fisik, identifikasi lain yang menonjol di
kalangan nelayan miskin adalah rendahnya tingkat pendidikan anak-anak, pola
konsumsi sehari-hari, dan tingkat pendapatan mereka.
Di
kampung-kampung nelayan memang ada beberapa rumah yang tampak megah dengan
fasilitas yang memadai, itulah yang merupakan rumah-rumah pemilik perahu,
pedagang perantara atau pedagang ikan. Kondisi keterbatasan sosial dan
kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang
kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim
ikan, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses,
dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan
sebagai produsen, serta dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong
terkurasnya sumber daya laut secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya
peluang dan kesempatan nelayan untuk melakukan diverisifikasi pekerjaan,
terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut. Beberapa studi memperlihatkan
bahwa di kalangan masyarakat nelayan telah berkembang berbagai strategi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, di antaranya adalah adanya pranata-pranata
tradisional sebagai tindakan kolektif yang secara efektif dapat dipakai sebagai
strategi untuk mengatasi kesulitan hidup, seperti pembentukan kelompok simpan
pinjam dan arisan. Aktivitas ini sangat sederhana, fleksibel, dan adaptif
terhadap kondisi-kondisi sosial-ekonomi, serta sesuai dengan kondisi masyarakat
nelayan, terutama yang kurang mampu (Sulistyo dan Rejeki, 1994: 113-135;
Kusnadi, 1997: 7-8). Strategi lain adalah dengan melakukan diversifikasi
pekerjaan, baik pekerjaan-pekerjaan yang masih berkait dengan kegiatan
kenelayanan atau pencarian ikan di laut, maupun kegiatan
di luar sektor kenelayanan, seperti bertani,
berkebun, penjual jasa, tukang becak.
Kehidupan
nelayan memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam. Keeratan hubungan
ini menciptakan ketergantungan nelayan pada lingkungan alam, terutama
ketergantungan terhadap sumber daya hayati yang ada di lingkungan alam yang
dapat memberikan sumber penghidupan bagi mereka. Hubungan ini bersifat timbal
balik, lingkungan alam dapat mempengaruhi nelayan, bagitu pula sebaliknya
nelayan dapat mempengaruhi lingkungan alam melalui perilakunya (Sukadana,
1987).
2.2.Sosial
Ekonomi dan Budaya Masyarakat Nelayan
Menurut
Tarungmingkeng, (2002) perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat nelayan
sejak dahulu sampai sekarang secara turun-temurun tidak mengalami perubahan
yang berarti. Kelas nelayan pemilik kapal sebagai juragan relatif
kesejahteraannya lebih baik karena menguasai sumber daya penangkapan ikan yang
baik seperti kapal, mesin alat tangkap maupun pendukung lainnya seperti es,
garam, dan lainnya. Kelas lainnya yang merupakan mayoritas adalah nelayan
pekerja atau menerima upah dari pemilik kapal (juragan) dan kalaupun mereka
mengusahakan sendiri sumber daya penangkapan ikannya masih konvensional,
sehingga produktifitasnya tidak berkembang, kelompok inilah yang terus
berhadapan dan digeluti kemiskinan yang termasuk kepada mayoritas masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
Untuk melihat
kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan,
dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam
kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat,
1981:35).
Menurut
Mubyarto, et al (1984), nelayan dibagi menjadi lima macam status nelayan,
yaitu:
1. Nelayan Kaya
A, yaitu nelayan yang mempunyai kapal sehingga
mempekerjakan nelayan lain sebagai buruh nelayan tanpa ia harus ikut bekerja. Nelayan jenis ini biasa disebut juragan
2. Nelayan Kaya
B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi ia sendiri masih
ikut bekerja sebagai awak kapal
3. Nelayan
Sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya dapat ditutup
dengan pendapatan pokoknya dari bekerja sebagai nelayan, dan memiliki
perahu tanpa mempekerjakan tenaga dari luar keluarga
4. Nelayan
Miskin, yaitu nelayan yang pendapatan dari perahunya tidak
mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga harus ditambah dengan bekerja lain,baik untuk ia sendiri atau
untuk istri dan anak-anaknya
5. Buruh
nelayan atau tukang kiteng, yaitu bekas nelayan yang pekerjaannya
memperbaiki jaring yang sudah rusak.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh kelompok orang-orang miskin yang
berusia diatas 40 tahun dan sudah tidak kuat lagi melaut
Ditjen
Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, menyatakan bahwa dari 16.420.000 jiwa
masyarakat pesisir yang menjadi sasaran dari program pemberdayaan masyarakat
pesisir, 32% dari masyarakat sasaran masih berada di bawah garis kemiskinan,
yaitu sebanyak 5.254.000 jiwa (Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil,
2007).
Menurut Satria
(2002), kemiskinan dapat digolongkan berdasarkan penyebab kemiskinan. Ada dua
aliran besar yang melihat faktor-faktor penyebab kemiskinan. Pertama, aliran
modernisasi yang selalu menganggap persoalan kemiskinan disebabkan disebabkan
faktor internal masyarakat. Dalam aliran ini, kemiskinan nelayan terjadi sebagai
akibat faktor budaya (kemalasan), keterbatasan modal dan teknologi,
keterbatasan manajemen,serta kondisi sumber daya alam. Kedua, aliran struktural
yang menganggap kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor eksternal. Kemiskinan
struktural dapat terjadi akibat, pertama, kemiskinan sebagai korban
pembangunan. Kedua, kemiskinan terjadi karena golongan tertentu tidak memiliki
akses terhadap kegiatan ekonomi produktif akibat pola institusional yang
diberlakukan. Dari dua aliran besar yang
melihat faktor-faktor penyebab kemiskinan di atas kita dapat melihat bahwa
salah satu hal mendasar yang menyebabkan kemiskinan tersebut adalah kurangnya
pengetahuan dan lemahnya pendidikan, oleh karena itu faktor penting yang perlu
ditingkatkan sebagai upaya untuk memperkecil angka kemiskinan nelayan tersebut
adalah dengan meningkatkan pendidikan nelayan.
2.3.Ekosistem
dan Perikanan Laut
Sistem perairan menutupi 70% bagian dari permukaan bumi
yang dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang
paling besar yaitu lebih dari 97%,sisanya adalah air tawar yang sangat penting
artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996).
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan menutupi
lebih daripada 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61 persen
belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi (Nybakken, 1988).
Menurut Dahuri (2001) wilayah pesisir merupakan batas
yang sejajar garis pantai (long shore)
dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan
wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari
batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut,
ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan
daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200m ke
arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang
terendah.
Perikanan merupakan salah satu aktivitas yang memberikan
kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa (Fauzi, 2006). Perikanan adalah
usaha manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan. Sebagai usaha atau
kegiatan ekonomi, perikanan dapat dipandang sebagai sistem yang terdiri dari
unsur atau subsistem ikan, manusia dan lingkungan atau habitat tempat ikan itu
berada. Untuk memanfaatkan ikan, manusia membutuhkan teknologi, keterampilan
dan modal. Sementara itu, kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan
tidak hanya terbatas pada penangkapan atau pengambilan sumberdaya tersebut,
tetapi menyangkut pada perencanaan kegiatan pemanfaatan, penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan kegiatan pasca panen, pengolahan serta pemasaran
(Nikijuluw, 2002).
Pembangunan perikanan pada dasarnya meupakan proses upaya
manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan dan sumberdaya perairan
melalui kegiatan penangkapan dan budidaya ikan. Kegiatan lain yang berakitan
dengan devisa negara, disertai upaya-upaya pemeliharaan pelestaria sumberdaya
hayati dan lingkungan. Secara alami juga merupakan hal yang penting dalam perikanan.
Dalam teknologi penangkapan ikan, ada empat faktor yang
harus diperhatikan, yaitu : jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkap yang
digunakan dan keahlian yang dimiliki oleh nelayan. indonesia
pada umumnya usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan masih
bersifat tradisional, yaitu menggunakan alat-alat penangkapan yang menggunakan
konstruksi masih relatif, sederhana dan harganya murah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi usaha perikanan di
Indonesia yaitu : 1) usaha yang masih bersifat sambilan, 2) terbatasnya
pendidikan yang dimiliki oleh petani ikan, 3) kurangnya bimbingan dari pihak
yang berwenang. Untuk itu pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal
diantaranya adalah pengadaan dan penyediaan serta penyempurnaan sarana dan
prasaran usaha perikanan, sarana perkreditan bagi petani ikan, pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan dalam rangka alih teknologi bagi petani ikan.
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1.Waktu
& Tempat
Pelaksanaan praktikum Explorasi Sumberdaya Hayati Laut
ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 11 Mei 2013 pukul 23.00 WIB
s/d selesai di Teluk Sungai Nipah Kabupaten Pesisir Selatan, Painan,
Sumatra Barat.
3.2.
Bahan & Alat
Adapun bahan praktikum Explorasi Sumberdaya Hayati Laut
ini adalah hasil tangkapan dari nelayan, dan alat-alat yang digunakan selama
praktikum ini adalah alat tulis, lembaran form dan quisioner yang akan diajukan
kepada nelayan, sabak atau papan yang digunakan untuk meletakan ikan saat
melakukan pengukuran morfometrik ikan dan hasil tangkapan lainnya, penggaris
digunakan untuk mengukur panjang ikan hasil tangkapan dan kamera untuk
dokumentasi kegiatan selama praktikum.
3.3.
Metode & Prosedur Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
survey langsung kelapangan, dimana prosedur praktikum ini adalah pertama
briefing bersama-sama
sebelum masuk menuju teluk sungai nipah, selanjutnya setelah tiba dilokasi praktikum setiap kelompok dibagikan tugas
berdasarkan draft kegiatan yang telah disusun setiap kelompok, seperti
melakukan wawancara dengan nelayan dan melakukan perhitungan morfometrik semua
hasil tangkapan dilokasi pendaratan ikan, selanjutnya data hasil survey
kelapangan dikumpulkan setiap kelompok untuk selanjutnya dijadikan laporan pratikum.
IV.
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 keadaan umum sosialekonomi budaya masyarakat nelayan
Sebagai
suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan kabupaten pesisir selatan hidup,
tumbuh, danberkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi
sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari
konstruksi sosial tersebut,meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di
kawasan pesisir memiliki pendudukyang bermatapencaharian sebagai nelayan2.
Walaupun demikian, di desa-desa pesisiryang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan,
kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan
masyarakat pesisir secara keseluruhan
Permukiman nelayan yang terbangun secara spontan sering kali
dinilai sebagai permukiman masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR). Namun
demikian masyarakat nelayan sungai nipah sendiri rata- rata mempunyai alat
tangkat yang sama yaitu dengan menggunakan jaring yang ukuran nya 2 inc. dalam
kehidupan social masyarakat nelayan di pesisir selatan ini sangat baik karna
dalam kekompakan dan pembagian wilayah tangkap sudah mereka diskusikan dalam
diskusi kelompok nelayan sehingga tidak ada lagi perdebatan,bukan hanya itu
juga tapi budaya yang ada di pesisir selatan juga masih kental bagamana cara
bersikap, keramah tamahan penduduknya masih terasa begitu juga saling
tolong-menolong.
Dalam penyediaan
pemukiman nelayan masih menggunakan kayu atau papan dan beratapkan daun rumbia.
Walaupun demikian kesejahteraan dan kemakmuran serta budaya yang masih kental
dan kerukunan antar masyarakat nelayan mempunyai arti yang tinggi, perlunya mengembangkan berbagai potensi sosial- budaya yang dimiliki
dan berakar kuat
dalam struktur sosial
mereka, seperti
pranata- pranata atau kelembagaan
yang ada, jaringan
sosial, dan sebagainya, sehingga
masyarakat nelayan bisa keluar dari kemiskinan struktural.
Keberadaan kehidupan nelayan selama ini dihadapkan dengan
sejumlah permasalahan yang terus
membelitnya
seperti lemahnya manajemen usaha,
dan rendahnya adopsi
teknologi
perikanan mengakibatkan kehidupan nelayan dalam realitasnya menunjukkan kemiskinan.
Rendahnya pendidikan
dan pengetahuan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan
karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil.
Hasil pembangunan
selama ini belum dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di kawasan pulau terpencil. Masyarakat diletakkan sebagai obyek pembangunan
dan bukan sebagai subyek pembangunan, dengan
demikian dibutuhkan perhatian
dan keinginan yang tinggi untuk memajukan kondisi
masyarakat
pesisir khususnya nelayan sebagai
pengelola sumberdaya pulau-pulau kecil agar dapat berlangsung secara lestari.
Pembangunan perikanan memang seperti paradoks. Sumber daya perikanan
yang potensial dan mampu menggenjot penerimaan
ekonomi yang
tinggi
ternyata tidak
tercermin dari kesejahteraan
para pelaku perikanan itu sendiri.
4.2 Keadaan
Umum Ekosistem dan Perikanan
Pesisir
Selatan juga memiliki ekosistem mangrove 325 Hektare. Ekosistem manggrove
beberpa tahun terakhir juga terancam mengalami kerusakan akibat penebangan.
Maka DKP selalu memberikan pengertian kepada warga yang tinggal di pinggir
pantai untuk selalu menjaganya. "Sementara terumbu karang terdapat di
sepanjang perairan pantai. Namun kondisinya juga tidak baik. Hampir 80 persen
terumbu karang mengalami kerusakan akibat ulah tangan manusia,"
Selanjutnya
menurut Edwil, sumber daya non hayati Pessel memiliki perairan teluk sebanyak 5
Teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan, Teluk Sungai Nipah, Teluk Betung, Teluk
Sungai Bungin. Teluk tersebut merupakan potensi non hayati yang secara nyata
belum terkelola dengan baik untuk kegiatan wisata.Jadi jika dikalkulasikan
potensi perairan laut Pesisir Selatan itu mencapai 2.347,72 Hektare yang bisa
digarap untuk budidaya laut. Sementara perairan payau sekitar 26.278,18 Ha,
pulau-pulau kecil berjumlah 53 pulau, rawa dan telaga 491 Ha dan sungai 22.
Wilayah
sungai nipah masih termasuk daerah yang terkena pasang surut dimana tempatnya
terdapat terjangan ombak yang kuat saat pasang dan saat surut akan
tenang,disini dapat ditemukan ekosistem terumbu karang,hutan mangrove dan
rumput laut,kerusakan ekosistem yang ada di sungai nipah akibat pencari ikan
dari nelayan daerah lain yang bukan penduduk asli sungai nipah, sihingga
perlunya pembaharuan yang di lakukan oleh Dinas Perikanan dan mengajak
masyarakat nelayan untuk berpatisipasi,alhasil yang di dapat cukup memuaskan
karna ekositem tersebut perlahan-lahan tumbuh kembali walaupun butuh waktu yang
sangat lama untuk pemulihannya.
Pemerintah
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat menergetkan produksi perikanan laut di
daerah itu pada tahun 2013 sebanyak 33 ribu ton. Sejak beberapa tahun terakhir
telah terjadi peningkatan produksi pada tahun 2012 tercatat produksi perikanan
tangkap mencapai 32.262,2 ton,meningkat di bandingkan 2011 sebanyak 28.890 ton
.
Pada
tahun 2012 sektor kelautan dan perikanan telah di laksanakan melalui 11 program
dan 61 kegiatan. Dana yang di sediakan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) 2012 untuk berbagai kegiatan tersebut sebanyak Rp 12,64
miliar.Dari anggaran yang di sediakan untuk berbagai program itu terealisasi
sebanyak Rp 7,90 miliar atau 92,53 persen,sedangkan pada APBD 2013 pemkab
mengalokasikan dana untuk sector kelautan dan perikanan Rp12,64 miliar.
Di
daerah pesisir selatan ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup
besar sesuai dengan letak daerah sebagai wilayah pesisir yang berbatasan
langsung dengan samudera hindia.
Produksi
perikanan laut tersebut baru berkisr 26-30 persen dari potensi lestari ikan di
daerah itu. Masih belum maksimal hasil tangkapannya atau produksi perikanan
laut di bandingkan potensi lestari di sebabkan banyak hal di antaranya masih
rendah penguasaan teknologi nelayan.
Potensi
ikan di kabupaten pesisir selatan ini mencapai 140 ribu ton pertahun,namun yang
tergarap rata-rata hanya sekitar 30 ribu ton pertahun. Potensi lestari itu
menjadi modal bagi daerah untuk kian meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama
para nelayan, namun tentu membutuhksn pengetahuan dan menguasai teknologi.
4.3 Data yang di dapat di pesisir selatan
NO
|
NAMA IKAN
|
UKURAN TUBUH
|
BERAT
|
JUMLAH
|
|
TL
|
SL
|
||||
1
|
Ikan gaguk
|
32
|
20
|
6 ons
|
2
|
2
|
ikan senangin
|
16
|
11
|
3 ons
|
3
|
3
|
ikan randang kaco
|
16
|
13
|
3 ons
|
3
|
4
|
ikan pinang
|
14
|
8
|
2 ons
|
11
|
5
|
ikan lidah
|
13
|
10
|
2 ons
|
2
|
6
|
ikan maco
|
10
|
7
|
1 ons
|
3
|
7
|
ikan bawal
|
10
|
8
|
1ons
|
1
|
4.4 Pembahasan
Pemerintah
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat menergetkan produksi perikanan laut di
daerah itu pada tahun 2013 sebanyak 33 ribu ton. Sejak beberapa tahun terakhir
telah terjadi peningkatan produksi pada tahun 2012 tercatat produksi perikanan
tangkap mencapai 32.262,2 ton,meningkat di bandingkan 2011 sebanyak 28.890 ton
.
Pada
tahun 2012 sektor kelautan dan perikanan telah di laksanakan melalui 11 program
dan 61 kegiatan. Dana yang di sediakan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) 2012 untuk berbagai kegiatan tersebut sebanyak Rp 12,64
miliar.Dari anggaran yang di sediakan untuk berbagai program itu terealisasi
sebanyak Rp 7,90 miliar atau 92,53 persen,sedangkan pada APBD 2013 pemkab
mengalokasikan dana untuk sector kelautan dan perikanan Rp12,64 miliar.
Di
daerah pesisir selatan ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup
besar sesuai dengan letak daerah sebagai wilayah pesisir yang berbatasan
langsung dengan samudera hindia.
Produksi
perikanan laut tersebut baru berkisr 26-30 persen dari potensi lestari ikan di
daerah itu. Masih belum maksimal hasil tangkapannya atau produksi perikanan
laut di bandingkan potensi lestari di sebabkan banyak hal di antaranya masih
rendah penguasaan teknologi nelayan.
Potensi
ikan di kabupaten pesisir selatan ini mencapai 140 ribu ton pertahun,namun yang
tergarap rata-rata hanya sekitar 30 ribu ton pertahun. Potensi lestari itu
menjadi modal bagi daerah untuk kian meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama
para nelayan, namun tentu membutuhksn pengetahuan dan menguasai teknologi.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil
pratikum yang telah dilakukan maka saya dapat menyimpulkanjika dilihat dari
segi social ekonomi budaya maka nelayan pesisir selatan dapat dikategorikan
nelayan yang sejahtera karena pekerjaan nelayan ini sangat didukung oleh dinas
Perikanan Dan Ilmu Keautan pesisir selatan dengan memberikan bantuan dan
dukungan yang sangat mendukung. Dan pendapat nelayan rata-rata perhari dapat
diategorikan bagus. Dilihat dari segi
hasil tangkapan maka hasil tangkapan yang dominan adalah ikan pinang-pinang,
dan yang non ikan adalah kepiting dan udang.
5.1 Saran
Dari hasil
pratikum yang saya lakukan masih banyak terlihat kekuranganya sperti kurang
efektifnya pelaksaan pratikum dan informasi yang didapatkan kurang banyak
disebabkan waktu yang telah larut sehinga sebaiknya perlu dilakukan pratikum
lanjutan oleh adik-adik yang mengambil mata kuliah ekplorasi guna untuk lebih
banyak mengetahui keadaan ekonomi pesisir selatan dan hasil tangkapan yang
dominan didaerah sana.
DAFTAR
PUSTAKA
Acheson, James M. 1981.“Anthropology
of Fishing”. Annual Review
Anthropology
Inc. Vol. 10. P 275-316
Boedhisantoso, S.1999. Komunitas
Lokal di Kawasan Pesisir dan
Pemberdayaannya. Makalah Lokakarya Pembangunan Pranata Sosial Komunitas
pesisir. Depok 30 Mei –1 juni 1999.
Barus, T.A.
1996. Metodologi Ekologis Untuk Menilai Kualitas Perairan Lotik.
Jurusan biologi. FMIPA. USU.
Dahuri R.2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dahuri, Rokhmin. 2001”Kata
Pengantar” dalam Pemberdayaan Masyarakat
Nelayan, Ary
Wahyono, dkk (ed.). Yogyakarta. Media Pressindo
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007b. Buku Saku Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. Direktorat JenderalKelautan, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. Depertemen Kelautan dan Perikanan. 78 hal
Emerson, Donald K. 1980.
Rethingking Artisanal Fisheries Development:
Western
Concept, Asian Experiences. World Bank Staff Working Paper.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Teori dan Aplikasi.
Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.
Kusnadi. 1997Koperasi Keluarga:
Pilihan Kontekstual bagi Masyarakat Nelayan.
Jember, Pusat Studi Komunitas Pantai, Universitas Jember._________. 2002. Konflik
Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta,
LKIS.
Mubyarto. 1984.Strategi Pembangunan Pedesaan.Yogyakarta : P3PK UGM
Nybakken, J.
W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:
Gramedia.
Nikijuluw VPH.
2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. Pustaka
Cidesindo. Jakarta Selatan. xv+254 p.
Satria.
2002.
Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo.
Sukadana, A. Ad.1987.
Antropo-Ekologi. Surabaya, Airlangga University Press.
Sulistyo dan Ninik Sri Rejeki.
1993. Potensi dan Prospek Pengembangan
Keswada-yaan Masyarakat Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten a
Tengah”,dalam Mubyarto (eds.) Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal.
Yogyakarta, Aditya Media.
Tarungmingkeng, Rudy C, Program Pasca Sarjana IPB, (2002) Makalah Sumber
Daya Manusia Nelayan.
Lampiran
Dokumentasi
Lapangan
Wawancara dengan ketua kelompok
nelayan
Alat tangkap nelayan
Ikan Gaguk Ikan Senangin
Ikan Lidah Ikan Bawal
Ikan Pinang Ikan
Macho
Ikan
Randang Kaco
Kelompok
Ikan
Udang Kepiting
Kelompok
Non Ikan
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA
PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................... ii
DAFTAR
TABEL ........................................................................... iii
1
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan
Praktikum......................................................................... 3
1.3 Manfaat Praktikum..................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1 Kehidupan Nelayan..................................................................... 4
2.2 Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Nelayan............................. 6
2.3 Ekosistem dan Perikanan Laut..................................................... 8
III METODE PRAKTIKUM............................................................. 11
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................... 11
3.3 Prosedur Praktikum...................................................................... 11
IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 13
4.1 Keadaan Umum
SOSEBUD Masyarakat Nelayan...................... 13
4.2 Keadaan Umum Ekosistem dan Perikanan.................................. 14
4.3 Data dari Nelayan di Sungai Nipah............................................. 15
4.4 Pembahasan .......................................................................... 19
V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 21
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 21
5.2 Saran ........................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.
Data Sekunder ........................................................................... 24
2.
Peta Lokasi ............................................................................... 32
3.
Data Dokumentasi Lapangan 33
DAFTAR
TABEL
Tabel Halaman
1.
Pengamatan biologi hasil tangkapan ikan
dari sungai nipah pesisir selatan 17
2.
Pengamatan biologi hasil tangkapan non
ikan dari sungai nipah pesisir selatan 18
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaika laporan Praktikum “Eksplorasi Sumberdaya Hayati Laut” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa mengucapkan
terimaksaih kepada Dosen pembimbing dan Asisten yang telah banyak membantu
praktikan, sehingga praktikan dapat mengatasai kesulitan baik pada saat
melaksanakan praktikum maupun dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan
ini.Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Pekanbaru,20 April 2013
PENULIS
LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM
EXPSPLORASI SUMBERDAYA HAYATI LAUT YANG DI LAKSANAKAN
DI PANTAI SUNGAI NIPAH
KABUPATEN PESISIR SELATAN
SUMATERA BARAT
Disusun
Oleh :
WINDARTI NOFRIYAN NENGSIH
KORNELIUS K SITORUS
WINDA ABONI
RICA PURNAMA SARI
ILHAM
TOMI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar