I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki
potensi yang besar di bidang Perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta
km2 atau sekitar 81 % dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan
Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta
Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau
alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan potensi yang sangat bagus
untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992).
Perikanan adalah suatu usaha manusia untuk
memanfaatkan sumberdaya hayati perairan bagi kepentingan hidupnya baik
sumberdaya hewani ataupun sumberdaya tumbuh-tumbuhan. Pengolahan sumberdaya
perikanan di Indonesia secara garis besar dapat di bagi dua yaitu periknan
tangkap dan periknan budidaya. Perkembangan perikanan secara umum bertujuan
meningkatkan produksi dan kesejahteraan hidup para nelayan atau petani ikan,
hal ini dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat serta menunjang
perkembangan industri yang dapat memperluas lapangan kerja.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan protein
maka dilakukan berbagai usaha mendapatkannya dari berbagai sumber, salah
satunya sumber protein hewani adalah ikan, untuk mendapatkan sumber protein
ikan tersebut perlu dilakukan usaha di bidang perikanan. Baik usaha hasil
penangkapan maupun usaha budidaya.
Usaha perikanan di bidang budidaya dengan memanfaatkan sumberdaya alam
melalui pemeliharaan berbagai jenis ikan sudah berkembang di Indonesia.
Penangkapan
ikan bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan, dengan alat atau cara
apapun,termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menolah atau mengawetkan ikan. Jadi usaha penangkapan
ikan memerlukan manajemen perikanan yang cukup komplek, terutama sekali dalam
hal yang berkaitan denga mengelola sumberdaya ikan. Dengan kata lain
penangkapan ikan harus mempertimbangkan dinamika atau perubahan stock ikan yang
akan menjadi tujuan penankapan, untuk maksud tersebut diperlukan ilmu dinamika
populasi. ( Rujukkan Bahan Kuliah Dinamika
Populasi, 2007 ).
Stok
ikan sesungguhnya merupakan aneka yang menggambarkan sutau nilai dugaan
besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu
tertentu. Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa
melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka
sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomasnya.
Untuk
mempelajari dinamika populasi, diperlukan beberapa disiplin ilmu, diantaranya
yang tidak bisa dihindari adalah, biologi dan statistik. Disamping itu berbagai
disiplin ilmu lainya yang berkaitan kualitas air dan ilmu ekonomi, namun
demikian kurun waktu terakhir ini mutlak juga diperlukan komputerisasi.
Propinsi Riau memiliki luas wilayah 329.867,61 km2,
terdiri atas daratan 94.561,62 km2 dan luas perairan 235.360 km2.
Berdasarkan undang-undang no. 5 tahun 1983, luas Zona Ekonomi Eklusif (ZEE)
propinsi Riau adalah 379.000 km2. Propinsi ini memiliki garis pantai
sepanjang 1.800 km2 yang umumnya merupakan lingkungan rawa dengan
areal hutan bakau seluas 300.000 ha dan kawasan pasang surut seluas 3.920.000
ha
(Hutapea, 1992).
Salah
satu potensi yang tidak akan habis untuk diolah adalah ikan. Menurut Webber dan Beaufort. Ikan merupakan
salah satu sumber hayati yang besar di perairan Indonesia di huni lebih kurang
oleh 4.000 jenis ikan. Sektor perikanan di Indonesia merupakan salah satu
sektor vital yang sangat menunjang keadaan perekonomian dan pertumbuhan
masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan dan kemakmuran.
Didalam
mempelajari dinamika populasi ikan, kita harus mengetahui atau menelaah
dinamika populasi spesies suatu ikan dengan tepat bertujuan agar sumberdaya
perikanan tidak menurun dan pengetahuan tentang konsep perikanan diperlukan
termasuk biota yang mencakup (semua
jenis ikan, plankton, benthos serta tumbuh-tumbuhan air), habitat yang merupakan komponen fisik yang meliputi (substrat,
kualitas air, morphometri dan geografi perairan yang saling berinteraksi), manusia yang merupakan komponen yang
meliputi semua manipulasi sumber daya biota yang dapat diperbaharui.
Masalah utama dalam perikanan sebagian besar berasal
dari kegiatan manusia seperti penangkapan, masyarakat perikanan, nelayan,
pengusaha dan rantai pemasarannya. Konsep penangkapan ikan merupakan fungsi
dari lima parameter yang meliputi : (1) penangkapan (2) kelimpahan (3)
rekruitment (4) pertumbuhan dan (5) mortalitas alamiah
1.2
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum
dinamika popupulasi ini yaitu untuk mendapatkan data primer dari nelayan di
pelabuhan bungus dan mendapatkan data sekunder dari Dinas perikanan pelabuhan
bungus yang datanya di olah untuk mengetahui berapa besar populasi pada
perairan tersebut.
Manfaat
dari praktikum dinamika populasi untuk mengetahui kelimpahan suatu populasi, mengetahui jumlah ikan yang ditangkap pertahun, berapa
stok ikan yang masih ada dalam perairan, dan berapa persentase kemungkinan
jumlah ikan yang akan ditangkap 1 (satu) tahun yang akan datang, menambah pengetahuan
dan wawasan penulis, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai
perikanan yang didapat di pelabuhan bungus.
II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Dahuri (2001) wilayah pesisir merupakan batas
yang sejajar garis pantai (long shore)
dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan
wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari
batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut,
ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan
daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200m ke
arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang
terendah.
Perikanan
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa unsur yang berkaitan erat
satu sama lainnya. Unsur tersebut adalah ikan sebagai sumberdaya alam,
sedangkan nelayan dan petani ikan sebagai produsen dan konsumen serta
masyarakatnya sebagai konsumen (Hermanto, 1979). Sedangkan menurut Ahmad (1982)
perikanan adalah usaha ekonomi yang tercakup dalam sector perikanan dan mendaya
gunakan potensi sumberdaya perairan, tenaga kerja, dan modal.
Secara
umum usaha perikanan didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan yang ekonomis
menyangkut : 1) kegiatan produksi yang menyangkut hasil ikan, baik dengan cara udaha
penangkapan maupun usaha budidaya, 2). Kegiatan pengolahan yaitu melakukan
suatu usaha terhadap ikan yang telah dihasilkan sehingga merubah bentuk, rasa,
dan nilai ekonomi dari ikan tersebut, 3) pemasaran ikan dari produsen sampai ke
konsumen.
Pada
umumnya perikanan di Indonesia merupakan usaha perikanan rakyat yang diwariskan
secara turun temurun tanpa mengalami perubahan yang berarti dan dilakukan
secara tradisional dengan menggunakan perlengkapan yang sederhana. Masih
rendahnya tingkat ekonomi menyebabkan kemampuan untuk meningkatkan usaha
penangkapan tersebut masih terbatas, di duga kondisi ekonomi inilah yang
menyebabkan usaha-usaha pembangunan perikanan kurang dapat dimanfaatkan (Nessa
dan Collier,1982). Sehingga pekerjaan nelayan sering diidentikkan dengan
kemiskinan.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi usaha perikanan di Indonesia yaitu : 1) usaha
yang masih bersifat sambilan, 2) terbatasnya pendidikan yang dimiliki oleh
petani ikan, 3) kurangnya bimbingan dari pihak yang berwenang. Untuk itu pemerintah
perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah pengadaan dan penyediaan
serta penyempurnaan sarana dan prasaran usaha perikanan, sarana perkreditan
bagi petani ikan, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan dalam rangka alih
teknologi bagi petani ikan. (Syamsudin,1980)
Wilayah pantai meupakan daerah dimana terjadi interaksi
antara tiga unsur utama yaitu daratan, lautan dan atmosfir. Proses tersebut
berlangsung sejak bumi ini terbentuk dan bentuk wilayah pantai yang seperti
terlihat sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran
dan pembentukan tiga unsur utama alam tersebut sebagai tempat peralihan antara
daratan dan lautan, wilayah pantai juga berfungsi sebagai zona penyangga bagi
banyak binatang yang bermigrasi untuk tempat mencari makan, memijah dan
membesarkan anak-anak (Pariwono, 1992).
Masyarakat pantai adalah masyarakat yang menempati
wilayah di kawasan pantai (Dahuri et al,
2001). Selain dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan demi
kebutuhan masyarakat akan ikan dan sumberdaya laut lainya, hal ini juga
dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan yang berkehidupan dari pemanfaatan sumberdaya
perikanan dan kelautan, dimana pada umumnya nelayan dan petani ikan merupakan
masyarakat pesisir (Evy, 1997).
Pada umumnya kegiatan perikanan terbagi dua macam :
pertama, menangkap ikan dan binatang air lainnya yang dilakukan dirawa-rawa,
sungai, danau dan laut dimana usaha ini dikenal dengan usaha penangkapan; dan
kedua, pemeliharaan ikan dan binatang air lainnya yang dilakukan oleh petani kolam sawah,
peraran umum dan tepi pantai dimana usaha ini dikenal dengan budidaya perikanan
(Effendi, 1979).
Dalam teknologi penangkapan ikan, Pasaribu (1994) mengungkapkan ada empat faktor yang
harus diperhatikan, yaitu : jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkap yang
digunakan dan keahlian yang dimiliki oleh nelayan.
Keberhasilan suatu penangkapan
ikan selain ditentukan oleh keadaan alat-alat juga ditentukan oleh keseimbangan
antara manajemen usaha perikanan, saran penunjang (tempat pendaratan ikan,
sarana pengadaan), bahan-bahan keperluan penangkapan serta mental dan
keterampilan yang melaksnakannya. Selanjutnya dikatankan pula bahwa tahpan
akhir yang perlu diperhatikan untuk menunjang pembangunan perikanan adalah
masalah pemasaran hasilnya (Arisman,1992)
Soeseno (1993), mengatakan
bahwa indonesia pada umumnya usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh para
nelayan masih bersifat tradisional, yaitu menggunakan alat-alat penangkapan
yang menggunakan konstruksi masih relatif, sederhana dan harganya murah.
Budidaya
ikan merupakan suatu usaha manusia untuk mengendalikan pertumbuhan ikan serta
organisme air sedemikian rupa sehingga didapatkan hal yang lebih baik dari
hasil yang diperoleh dari alam. Kegiatan ini didapai di kolam, sawah, tambak.
(Sumantadinata,1983)
Usaha
budidaya perikanan adalah suatu usaha yang kegiatannnya meliputi pengolahan dan
produksi benih, pendederan dan pemasaran. (Syamsudin,1980)
Rendahnya
produksi perikanan dalam usaha budidaya perikanan sering disebabkan oleh
banyaknya petani ikan yang belum memahami teknik pengolahan budidaya perikanan
secara baik, sehingga banyak lahan yang dibangun tidak memenuhi pesyaratan
teknis. (Mubyarto,1987)
Suhu
perairan oksigen berasal dari difusi udara maupun dari proses fotosintesis oleh
organism nabati seperti fitoplankton dan tumbuhan air (Goldmen dan Horne,1983).
Kadar oksigen terlarut pada suatu perairan sangat bervariasi tergantung pada
suhu, turbelensi, salinitas dan tekanan atmosfir (Jeffries dan Mills, 1996
dalam Effendi, 1999). Kelarutan oksigen akan semakin berkurang dengan tingginya
suhu dan ketinggian dari permukaan air laut. Menurut Pescod (1973) kandungan
oksigen terlarut 2 mg/l sudah cukup untuk mendukung kehidupan biotic aquatic
asalkan perairan tersebut tidak memiliki bahan-bahan yang memiliki racun.
Oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa
faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara
seperti arus, gelombang dan pasang surut.
III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum
Dinamika Populasi ini dilaksanakan pada tanggal 6 April 2012, di Pelabuhan
Perikanan Samudra Bungus Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang
Sumatera Barat.
3.2 Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum Dinamika
Populasi ini adalah, buku penuntun dinamika populasi, alat dokumentasi dan alat
tulis serta alat pendukung lainnya.
3.3 Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah metode survei
lansung yaitu, melakukan pengamatan langsung ke lokasi praktek serta wawancara
dengan beberapa nelayan yang ada pada lokasi praktek tersebut. Data yang
dikumpulkan terdiri dari: 1) data primer yaitu data yang di dapat dari
wawancara dengan nelayan. 2) data sekunder yaitu data yang didapat dari Dinas
perikanan pelabuhan bungus.
3.4 Prosedur Praktikum
Kelokasi pelabuhan bungus untuk wawancara dengan
nelayan kemudian catat data yang di dapat dari hasil wawancara,tunjukan data
wawancara pada asisten untuk di tanda tangan,setelah itu celupkan alat pengukur
suhu perairan kedalam perairan dan catat angka yang dihasilkan alat
tersebut,ukur pH perairan dengan kertas pH.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum dinamika populasi yang
telah dilaksanakan di pelabuhan samudra bungus,padang sumatra barat adalah
sebagai berikut :
4.1.1 Data primer
Data primer adalah data yang di dapat dari wawancara
dengan nelayan di pelabuhan samudra bungus sumtra barat.
Tabel 1 data primer
no
|
Nama alat
|
Jumlah alat
|
Hasil/hari
|
Rata hasil/alat/hari/GN
|
Ratio hasil/hari/GN
|
Effort konversi GN
|
1
|
longline
|
10
|
105266
|
10526,6
|
1
|
10
|
2
|
Gill net
|
1
|
17
|
17
|
0,0016
|
0,0016
|
3
|
Pursine
|
2
|
443
|
221,5
|
0,02
|
0,04
|
4
|
p.tonda
|
6
|
86
|
14,33
|
0,0014
|
0,0084
|
5
|
Bagan
|
1
|
8
|
8
|
0,0007
|
0,0007
|
Total
|
20
|
10,0523
|
Konversi alat ke GN= 20/10,0523
= 1,989
Hasil konversi =1,99
4.1.1 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapat dari dinas
perikanan bungus,padang sumatra barat:
Tabel 2 Data Sekunder
no
|
tahun
|
C
|
alat
|
Konversi GN
|
f(x)
|
c/f (y)
|
xy
|
x2
|
y2
|
1
|
1
|
105,820
|
19
|
1,99
|
9,55
|
11,08
|
105,800
|
91,1593
|
122,8385
|
2
|
2
|
153,688
|
24
|
1,99
|
12,06
|
12,74
|
153,6880
|
145,4509
|
162,3916
|
3
|
3
|
143,180
|
32
|
1,99
|
16,08
|
8,90
|
143,1800
|
258,5793
|
79,2813
|
4
|
4
|
136,536
|
26
|
1,99
|
13,07
|
10,45
|
136,5360
|
170,7028
|
109,2078
|
5
|
5
|
114,419
|
18
|
1,99
|
9,05
|
12,65
|
114,4190
|
81,8161
|
160,0138
|
6
|
6
|
101,062
|
14
|
1,99
|
7,04
|
14,37
|
101,0620
|
49,4937
|
206,3602
|
7
|
7
|
79,891
|
17
|
1,99
|
8,54
|
9,35
|
79,8910
|
72,9780
|
87,4589
|
8
|
8
|
150,317
|
20
|
1,99
|
10,05
|
14,96
|
150,3170
|
101,0076
|
223,6981
|
9
|
9
|
61,397
|
17
|
1,99
|
8,54
|
7,19
|
61,3970
|
72,9780
|
51,6538
|
10
|
10
|
76,545
|
18
|
1,99
|
9,05
|
8,46
|
76,5450
|
81,8161
|
71,6135
|
11
|
11
|
60,236
|
16
|
1,99
|
8,04
|
7,49
|
60,2360
|
64,6448
|
56,1279
|
12
|
12
|
84,127
|
28
|
1,99
|
14,07
|
5,98
|
84,1270
|
197,9748
|
35,7488
|
Total
|
1,267.218
|
249
|
23,88
|
∑x 125,13
|
∑y 123,62
|
∑xy 1267,2180
|
∑x2 1388,6013
|
∑y2 1330,6454
|
∑x2 = ∑
x2 – (∑ x)2
n
= 1388,6013 - 125,132
12
=
1388,6013 – 1304,7931
= 83,8082
∑y2 = ∑y2
- (∑y2 )2
n
= 1330,6454 - 123,622
12
=
1330,6454 – 1273,4920
=
57,1534
∑xy = ∑xy - ∑x (∑y)
n
= 1267,2180 - 125,13 (123,62)
12
=
1267,2180 – 1289,0476
= -
21,8296
b = ∑xy/∑x2
= - 21,8296
83,8082
= -
0,2605 q = 0,2605
a = ∑y – (b) (∑x)
= 123,62 – (- 0,2605) (125,13)
12
= 123,62 + 32,5964
= 126,3364
No
= a x 250
q
= 126,3364 x 250
0,2605
= 484,9766 x 250
= 121244,1
Nt = No – c
= 121244,1 – 84,127
= 121160,02
MSY = a2
2b
= 126,33642
2.(- 0,2605)
= 15960,89
- 0,5210
= 30635,0978
F optimal
= a
2 q
= 126,3364
2. (0,2605)
= 126,3364
0,5210
= 242,4883
%
= c
MSY
=
84,127
30635,0978
= 0,0027 = 27 %
4.2 Pembahasan
Kualitas memberikan pengaruh
yang cukup besar bagi pertumbuhan makhluk hidup di air. Suatu perairan dianggap
layak apabila kualitas airnya mampu mendukung kelagsungan hidup organisme yang
terdapat pada perairan tersebut. Kualitas air sangat ditentukan oleh faktor
fisika dan kimia yag mempengaruhi populasi organisme perairan diantaranya
fitoplankton.
Bermacam-macam faktor kimia dan fisik dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme, dan produktivitas organisme
perairan lainnya. Faktor penting yang mempengaruhi organisme adalah cahaya,
suhu, zat-zat hara, tanah dan air (Nybakken, 1992).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
usaha penangkapan adalah pemilihan alat tangkap, pemakaian metode penangkapan
spesies yang ditangkap, keahlian nelayan, kedalam perairan dan karakteristik
perairan (Sainbury, 1986). Sedangkan masing-masing alat tangkap memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dalam penerapannya diperlukan pertimbangan dari
berbagai segi, antara lain aspek tekhnik penangkapan ikan itu sendiri serta
harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, social ekonomi maupun ekologi.
Di
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus jenis alat tangkap yang digunakan nelayan
adsalah jaring insang (gilnet), jala, rawai, tangguk, perangkap. Sedangkan
arnada yang digunakan adalah adalah sampan. Dalam melakukan operasi penangkapan mereka biasanya meletakkan alat
tangkap ke fishing groun pada pagi hari sekitar jam 06.00 dan mengangkatnya
pada pagi harinya lagi.
Jenis-jenis
alat tangkap yang terdapat didesa Gunung Bungsu adalah Bagan, Purseine, Tonda,
Jaring, Long Line, Bubu adapun diskripsi masing-masing alat penangkapan
tersebut adalah sebagai berikut:
A. Bagan
Bagan Menurut Ayodhyoa (1978)
bagan adalah alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata
jaring yang sama ukurannya , lebar lebih pendek dibandingkan dengan panjangnya,
dengan perkataan lain, jumlah mesh dept lebih sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah mesh length pada arah panjang jaring.
Bahan yang yang digunakan adalah bahan transparan berupa nilon
(monofilamen) dan pinggirannya menggunakan tali yang besar (tali ris). Jaring
ini sipasang pada permukaan beragam dengan pancang atau tiang yang sengaja
dipasang. P anjang gillnet yang digunakan oleh nelayan didesa Gunung Bungsu
adalah 70 sedangkan lebarnya adalah 5 m.
Pemasangan jaring ini dengan
membentangkan dari tepian sungai ketepian sungai lainnya jaring seperti ini
disebut jaring insang hanyut, atau bisa juga memasangnya pada daerah agak
kepinggir yaitu sewpanjang tepian secara horizontal disebut jaring insang
tancap.
Alat ini dioperasikan pada pagi hari atau
sore hari. Ikan yang sering tertabgkap adalah ikan motan (Thinnichtys tinoides),
ikan kapiek (Puntius schwanefeldi), ikan Baung (Mystus nemurus).
Hasil rata-rata yang diperoleh dalam satu kali operasi adalah 1000 kg/hari.
B.
Purseini
Nelayan bungus menggunakan Purseini
sebagai alat untuk menangkap ikan, selain modalnya sedikit cara
pengoperasiannya juga mudah.
Jenis
pancing yang biasa digunakan adalah pancing purseini dengan ukuran mata
pancingnya adalah 2 inc umpan yang digunalan adalah lipas batang dalam satu
rawai itu terdapat 40 buah mata pancing.
Biasanya
setiap nelayan memiliki lebih dari satu pancing rawai dan dipasang pada pagi
hari dan dibiarkan baru kemudian diangkart pada pagi harinya lagi. Biasanya
hasil tangkapan tidak terlalu banyak cukup untuk dikomsumsi keluarga saja tapi
semua pancing rawai yang diletakkan tidak pernah penuh mengait ikan. Ikan yang sering tertangkap oleh alat ini adalah ikan Baug (Mistus
nemurus). Hasil rata-rata yang diproleh setiap satu kali operasi adalah
200kg/hari.
C. Tonda
Tonda adalah alat tangkap berbentuk
kerucut yang prinsip kerjanya menyungkup dan megurung ikan. Bahan yang digunakan untuk jala ini adalah
benanng nilon, dan pada bagian bawah diberi
pemberat disekeliling mulut jala ini dimaksudkan agar jala mudah tenggelam ke
dasar sehingga dapat menjerat ikan dengan cepat.
Tonda
ini di operasikan padsa pagi dan sore hari, cara pengoperasian jala ini dengan
melemparkan keperairan yang terdapat ikan atay disebut lubuk ikan oleh nelayan,
biasanya bisa dipinggir sungai atau nelayan pergi ketengah sungai dengan menggunakan sampan dayung.
Setelah jala dilemparkan dan diduga ikan telah tertangkap kemudian jala ditarik
perlahan-lahan dan ikan yang terperangkap diambil dan kemudian dijual bila
hasil tangkapannya banyak, biasanya jala ditebarkan pada saat air keruh sehingga ikan mudah tertangkap oleh
jala, karena bila air keruh maka pengkihatan ikan juga berkurang akibatnya ikan
mudah ditangkap.
Dari data yang telah
diproleh maka dapat dicari penghasilan rata- rata penghasilan nelayan di desa
Gunung Bungsu adalah 25,5/9 = 5,1kg perhari, namun hasil ini akan meningkat
bila musim hujan karena pada musim hujan ada salah asatu jenis ikan yang
keberadaannya meningkat sampai berlipat-lipat sampai mencapai 50 kg perhari dengan harga pasaran 4500/kgnya maka nelayan
akan memproleh penghasilan sekitar Rp 225.000/hari.
D. Jaring
Jaring adalah salah satu alat
tangakap fishing with traps yang berbentuk empat panjang bujur sangkar dimana
disalah satu sisinya dibuatsedemikian rupa sehingga ikan yang sudah tidak dapat
keluar lagi (Von Brandt, 1984).
Cara
pengoperasian pengilau ini adalah dengan menancapkannya dipinggiran sungai dan
diberi umpan, nelayan desa menggunakan bukil kepala dan bangkai ayam nutuk
dijadikan umpan, Umpan ini dimasuksudkan untuk menarik ikan agar masuk dalam
perangkap. Menurut Von Brandt (1984) menyatakan prinsip dan metode penangkapan
ikan dengan menggunakan unpan adalah untuk memikat ikan dengan sesuatu mangsa
yang mangsa itu adalah umpan itu sendiri, tertariknya ikan terhadap umpan
adalah berupa bau, rasa, bentuk, dan warna.
Kegiatan usaha budidaya perikanan dimaksudkan untuk:
menghasilkan bahan pangan berprotein dan bernilai gizi tinggibagi keperluan
dalam maupun luar negeri, menghasilkan biota perairan sebagai sarana
rekreasi(pemancingan) dan hiburan, menghasilkan ikan umpan bagi usaha
penangkapan ikan,melestarikan plasma nutfah, pemuliaan jenis dan pengendalian
populasi sumberdaya ikan (restocking dan rekruitmen), serta dapat meningkatkan
lapangan kerja.
Budidaya ikan dalam keramba sangat berperan dalam
membantu melestarikan sumber air ini diperairan umum, karena penangkapan yang
dilakukan secara terus menerus akan mengganggukelestarian di perairan tersebut.
Penangkapan ikan pada umumnya dilakukan tanpa memperhatikan
ukuran ikan. Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan
anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih kecil. Secara
garis besar, peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :
1) Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di
perairan umum.
2) Meningkatkan produksi Wan yang bernilai ekonomi tinggi
serta memenuhi kebutuhan konsumsi
ikan secara terus menerus.
3) Meningkatkan pendapatan Para petani ikan serta
kesejahteraan petani ikan sepanjang tahun.
4) Menghindari adanya masa paceklik bagi para nelayan
dimana pada musim barat para nelayan tidak dapat menangkap ikan.
5) Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat
secara umum.
Pemasangan Keramba
Bentuk keramba hanya dibedakan menjadi dua macam yaitu
berbentuk empat persegi dan bundar panjang. Keramba berbentuk empat persegi
maupun kotak, sebagai bahan pada umumnya dibuat dari bambu maupun papan. Bentuk
bundar panjang, yaitu keramba menyerupai bubu pada umumnya dibuat dari bilah
bambu. Cara pemasangan atau penempatan keramba, secara umum , dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Keramba terendam secara keseluruhan. Pemasangannya
direndam dalam air kurang lebih 20 Cm di bawah permukaan air. Keramba ini
sesuai untuk perairan yang sempit dan tidak begitu dalam. Mempunyai tiga sisi,
dua sisi melintang arus dan satu sisi sejajar arus.
2) Keramba terendam sebagian, kurang lebih 10 Cm berada
di atas permukaan air. Mempunyai enam sisi, di mana terdiri dari empat sisi,
dimana terdiri dari empat sisi memanjang dan dua sisi melintang, jenis keramba
ini cocok untuk dipasang di perairan yang dalam dan luas seperti di sungai,
danau, waduk dan rawa.
3) Keramba pagar berbentuk pagar keliling yang langsung
ditancapkan ke dasar air. Keramba ini harus selalu digenangi
air, baik pada waktu air pasang maupun air surut. Pada umumnya dikembangkan
oleh penduduk yang tinggal di rumah terapung.
Sumber : Menuju Pertanian Tangguh, Surat Kabar
Sinar Tani, 1996
Kualitas
perairan di Pelabuhan Perikanan Bungus masih tergolong baik, dengan CO2 50 mg/l
dan DO nya 5 ppm. Airnya masih bersih, jernih, industri dan pelabuhan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Aktivitas
penangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Bungus saat-saat tertentu atau
musim-musim tertentu hasil tangkapan meningkat dan kadangkala menurun.
Hasil
tangkapan para nelayan pada umunya dijual dan sisanya digunakan untuk kebutuhan
gizi akan ikan. Hasil tangkapan mereka sangat tergantung pada cuaca atau iklim,
badai, musim pemijahan, dan lokasi penangkapan. Alat tangkap yang dominan
digunakan yakni; bagan. Namun selain bagan juga digunakan purse-seine, tonda,
jaring, long line, bubu.
5.2. Saran
Dari hasil praktikum ini diharapkan perlunya perhatian dari pemerintah
terutama terhadap kesejahteraaan masyarakat Teluk Kabung, terutama pada sektor
perikanannya. Padahal apabila dikembangkan dengan optimal akan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi daerah dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Kepada pemerintah disarankan agar dapat memberikan arahan atau
bimbingan kepada nelayan-nelayan yang terdapat di desa teluk kabung dalam hal
penangkapan, penanganan pasca panen maupun budidaya, sehingga mereka dapat
mengetahui cara melakukan penangkapan dengan tetap memperhatikan kelestarian
dari ikan-ikan tersebut. Selain itu
dengan adanya arahan dalam budidaya mereka akan menambah penghasilan mereka
melalui usaha budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhya. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri,
Bogor. 97 hal.
Arinardi.1976. Kualitas Dan Distribusi Spasi
Karakteristik Fisika Kimia Perairan Sungai Sulir Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Bengkalis. Berkala Perikanan Terubuk ISSN 0126-4265 Vol. 29, No.
2.
Arisman. 1982. Perikanan laut. Penerbit Angkasa bandung.
98 hal.
Clarkroff,J.,R,. 1976. Phytoplankton. Edwar
Amild Ltd. London. 115 pp.
Dahuri,
R., J. Rais. S.P Ginting dan J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.t.
Pradnya Paramita. Jakarta, 328 Hal.
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan
Dewi Sri. Bogor. 97 hal.
Fauzi. 1985. Pengantar Pengetahuan Peta. Pelatihan
Pejabat Eselon IV Pemerintahan Daerah Tk.II Indragiri Hilir. Riau. 11 hal.
Galib, M.Zulkifly dan Bustari 1995. Penelitian Front di
perairan Bagan Siapi-api Prof Riau
Fakultas Perikanan UNRI. 56 hal (tidak diterbitkan).
Malik. B.A. 1998. Prospek Pembangunan Perikanan di daerah
Riau. Hal 158-185. dalam Feliatra
(ed). Stretegi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional dalam Meningkatkan
Devisa Negara. UNRI Press. Riau
Michael ,1984. Pengolahan dan Pengawetan Hasil Perikanan
.Penebar Swadaya Jakarta 259 hal.
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan. Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R). Bogor. 254 hal.
Nyabbken, 1982. Bunga Faktor Pemilihan Tunggal dan
Tingkat Optimum Ekploitasi Perikanan.Ekonomi Perikanan PT. Rama Jaya Abadi
Pekanbaru Gramedia Jakarta 83 hal.
Odum 1871.
Masyarakat Perikanan Nusantara Dalam Pembangunan Nasional. Makalah Seminar
Prospek Perikanan Riau Dalam Menghadapi Pasar Bebas Tanggal 18 November 1996.
Pekanbaru. 11 hal.
Ongkosongo 1980.Strategi Penyimpanan dan Pengembangan
Kualitas Sumberdaya Manusia pada Pembangunan Agribisnis Perikanan Indonesia.
Makalah pada Seminar Sehari. Himpunan Sosial Ekonomi Perikanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 89 hal.
Pasaribu, A.M.1994. Fenomena Kapal Penangkapan Ikan.
Yayasan Guna, Jakarata. 90 hal.
Pariwono, J.I. 1992. Proses-proses Fisik di Wilayah
Perairan Pantai dalamkursus Pelatihan
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir secara terpadu dan Holistik. Pusat Penelitian
Lingkungan, Lembaga Penelitian IPB, Bogor. 30 hal.
Presiden Republik Indonesia, 2004. Undang-undang no. 7
Tahun 2004 tentang Sumberdaya Perairan. Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Jakarta. 105 hal.
Raymond.1963. Pengolahan dan Pengawetan Ikan
.Kanisius.Yogyakarta 125 halaman
Sachlan,M. 1980. Planktonologi. Diktat Perkuliahan
Planktonologi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 63 hal.
Sugiarto, 1995. Hubungan antara
air dengan kandungan klorophil di waduk ketrodesa ketro.
Soesono, S. 1993. Teknologi
Penangkapan dan Pengolahan Ikan. Yayasan Kanisius, Jakarata, 63 hal.
Syamsuddin, A.R. 1990.
Pengantar Perikanan. Karya Nusantara, Jakarta. 58 hal.
Wardoyo, ST. H.1981.
pengelolaan kualitas air, proyek peningkatan mutu penggunaan tinggi IPB, Bogor
53 hal.
Welch,
P. S. 1952. Limnology. 2nd edition Mc Graw-Hill Book company, Inc.
New York. Yoronto and London. 538 pp.
LAMPIRAN
Lampiran
1 lokasi praktikum
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.
Lokasi praktikum...........................................................................
25
2.
Data primer dan sekunder.............................................................
28
DAFTAR
TABEL
Tabel
Halaman
1. ......... Data
primer....................................................................................
12
2. ........ Data
sekunder...............................................................................
13
DAFTAR
ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
iv
1
PENDAHULUAN.......................................................................
1
1.1
Latar Belakang........................................................................
1
1.2 Tujuan
dan Manfaat................................................................
4
II.......... TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
5
III........ METODE PRAKTIKUM ......................................................... 10
............. 3.1
Waktu dan Tempat.................................................................. 10
............. 3.2
Bahan dan Alat.......................................................................
10
............. 3.3
Metode Praktikum...................................................................
10
............. 3.4
Prosedur Praktikum.................................................................
10
IV........ HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................
12
............. 4.1
Hasil........................................................................................
12
............. 4.1.1 Data Primer...................................................................
12
............. 4.1.2 Data Sekunder...............................................................
13
4.2 Pembahasan............................................................................ 15
V.......... KESIMPULAN
DAN SARAN................................................... 22
............. 5.1
Kesimpulan.............................................................................. 22
............. 5.2
Saran........................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dinamika
populasi sebagaimana mestinya.
Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada dosen
beserta para asisten mata kuliah dinamika populasi yang telah membantu
penulis selama pratikum sampai pada penulisan laporan ini.
Dalam
penulisan laporan ini sebagai seorang manusia tentu saja tidak luput dari
kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyusunannya. Oleh
karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan kritikan-kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Pekanbaru,20 Mei 2012
Windarti Nofriyan N
LAPORAN
PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
BUNGUS
Oleh :
WINDARTI NOFRIYAN
NENGSIH
1004136050
ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN LMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar