SELAMAT DATANG DI BLOG WINDA

Jumat, 07 Juni 2013

laporan dinamika populasi


I PENDAHULUAN

1.1                 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang Perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km2 atau sekitar 81 % dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih kurang  14 juta Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992).   
Perikanan adalah suatu usaha manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan bagi kepentingan hidupnya baik sumberdaya hewani ataupun sumberdaya tumbuh-tumbuhan. Pengolahan sumberdaya perikanan di Indonesia secara garis besar dapat di bagi dua yaitu periknan tangkap dan periknan budidaya. Perkembangan perikanan secara umum bertujuan meningkatkan produksi dan kesejahteraan hidup para nelayan atau petani ikan, hal ini dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat serta menunjang perkembangan industri yang dapat memperluas lapangan kerja.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan protein maka dilakukan berbagai usaha mendapatkannya dari berbagai sumber, salah satunya sumber protein hewani adalah ikan, untuk mendapatkan sumber protein ikan tersebut perlu dilakukan usaha di bidang perikanan. Baik usaha hasil penangkapan maupun usaha budidaya.
Usaha perikanan di bidang budidaya dengan memanfaatkan sumberdaya alam melalui pemeliharaan berbagai jenis ikan sudah berkembang di Indonesia.
Penangkapan ikan bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan, dengan alat atau cara apapun,termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menolah atau mengawetkan ikan. Jadi usaha penangkapan ikan memerlukan manajemen perikanan yang cukup komplek, terutama sekali dalam hal yang berkaitan denga mengelola sumberdaya ikan. Dengan kata lain penangkapan ikan harus mempertimbangkan dinamika atau perubahan stock ikan yang akan menjadi tujuan penankapan, untuk maksud tersebut diperlukan ilmu dinamika populasi. ( Rujukkan Bahan Kuliah Dinamika Populasi,  2007 ).
Stok ikan sesungguhnya merupakan aneka yang menggambarkan sutau nilai dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu. Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomasnya.
Untuk mempelajari dinamika populasi, diperlukan beberapa disiplin ilmu, diantaranya yang tidak bisa dihindari adalah, biologi dan statistik. Disamping itu berbagai disiplin ilmu lainya yang berkaitan kualitas air dan ilmu ekonomi, namun demikian kurun waktu terakhir ini mutlak juga diperlukan komputerisasi.
Propinsi Riau memiliki luas wilayah 329.867,61 km2, terdiri atas daratan 94.561,62 km2 dan luas perairan 235.360 km2. Berdasarkan undang-undang no. 5 tahun 1983, luas Zona Ekonomi Eklusif (ZEE) propinsi Riau adalah 379.000 km2. Propinsi ini memiliki garis pantai sepanjang 1.800 km2 yang umumnya merupakan lingkungan rawa dengan areal hutan bakau seluas 300.000 ha dan kawasan pasang surut seluas 3.920.000 ha (Hutapea, 1992).
Salah satu potensi yang tidak akan habis untuk diolah adalah ikan. Menurut Webber dan Beaufort. Ikan merupakan salah satu sumber hayati yang besar di perairan Indonesia di huni lebih kurang oleh 4.000 jenis ikan. Sektor perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor vital yang sangat menunjang keadaan perekonomian dan pertumbuhan masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan dan kemakmuran.
Didalam mempelajari dinamika populasi ikan, kita harus mengetahui atau menelaah dinamika populasi spesies suatu ikan dengan tepat bertujuan agar sumberdaya perikanan tidak menurun dan pengetahuan tentang konsep perikanan diperlukan termasuk biota yang mencakup (semua jenis ikan, plankton, benthos serta tumbuh-tumbuhan air), habitat yang merupakan komponen fisik yang meliputi (substrat, kualitas air, morphometri dan geografi perairan yang saling berinteraksi), manusia yang merupakan komponen yang meliputi semua manipulasi sumber daya biota yang dapat diperbaharui.
Masalah utama dalam perikanan sebagian besar berasal dari kegiatan manusia seperti penangkapan, masyarakat perikanan, nelayan, pengusaha dan rantai pemasarannya. Konsep penangkapan ikan merupakan fungsi dari lima parameter yang meliputi : (1) penangkapan (2) kelimpahan (3) rekruitment (4) pertumbuhan dan (5) mortalitas alamiah


1.2                 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum dinamika popupulasi ini yaitu untuk mendapatkan data primer dari nelayan di pelabuhan bungus dan mendapatkan data sekunder dari Dinas perikanan pelabuhan bungus yang datanya di olah untuk mengetahui berapa besar populasi pada perairan tersebut.
            Manfaat dari praktikum dinamika populasi untuk mengetahui kelimpahan suatu populasi, mengetahui jumlah ikan yang ditangkap pertahun, berapa stok ikan yang masih ada dalam perairan, dan berapa persentase kemungkinan jumlah ikan yang akan ditangkap 1 (satu) tahun yang akan datang, menambah pengetahuan  dan wawasan penulis, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai perikanan yang didapat di pelabuhan bungus.













II TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Dahuri (2001) wilayah pesisir merupakan batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut, ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200m ke arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah.
Perikanan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa unsur yang berkaitan erat satu sama lainnya. Unsur tersebut adalah ikan sebagai sumberdaya alam, sedangkan nelayan dan petani ikan sebagai produsen dan konsumen serta masyarakatnya sebagai konsumen (Hermanto, 1979). Sedangkan menurut Ahmad (1982) perikanan adalah usaha ekonomi yang tercakup dalam sector perikanan dan mendaya gunakan potensi sumberdaya perairan, tenaga kerja, dan modal.
Secara umum usaha perikanan didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan yang ekonomis menyangkut : 1) kegiatan produksi yang menyangkut hasil ikan, baik dengan cara udaha penangkapan maupun usaha budidaya, 2). Kegiatan pengolahan yaitu melakukan suatu usaha terhadap ikan yang telah dihasilkan sehingga merubah bentuk, rasa, dan nilai ekonomi dari ikan tersebut, 3) pemasaran ikan dari produsen sampai ke konsumen.
Pada umumnya perikanan di Indonesia merupakan usaha perikanan rakyat yang diwariskan secara turun temurun tanpa mengalami perubahan yang berarti dan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan perlengkapan yang sederhana. Masih rendahnya tingkat ekonomi menyebabkan kemampuan untuk meningkatkan usaha penangkapan tersebut masih terbatas, di duga kondisi ekonomi inilah yang menyebabkan usaha-usaha pembangunan perikanan kurang dapat dimanfaatkan (Nessa dan Collier,1982). Sehingga pekerjaan nelayan sering diidentikkan dengan kemiskinan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi usaha perikanan di Indonesia yaitu : 1) usaha yang masih bersifat sambilan, 2) terbatasnya pendidikan yang dimiliki oleh petani ikan, 3) kurangnya bimbingan dari pihak yang berwenang. Untuk itu pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah pengadaan dan penyediaan serta penyempurnaan sarana dan prasaran usaha perikanan, sarana perkreditan bagi petani ikan, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan dalam rangka alih teknologi bagi petani ikan. (Syamsudin,1980)
Wilayah pantai meupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur utama yaitu daratan, lautan dan atmosfir. Proses tersebut berlangsung sejak bumi ini terbentuk dan bentuk wilayah pantai yang seperti terlihat sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran dan pembentukan tiga unsur utama alam tersebut sebagai tempat peralihan antara daratan dan lautan, wilayah pantai juga berfungsi sebagai zona penyangga bagi banyak binatang yang bermigrasi untuk tempat mencari makan, memijah dan membesarkan anak-anak (Pariwono, 1992).
Masyarakat pantai adalah masyarakat yang menempati wilayah di kawasan pantai (Dahuri et al, 2001). Selain dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan demi kebutuhan masyarakat akan ikan dan sumberdaya laut lainya, hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan yang  berkehidupan dari pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, dimana pada umumnya nelayan dan petani ikan merupakan masyarakat pesisir (Evy, 1997).
Pada umumnya kegiatan perikanan terbagi dua macam : pertama, menangkap ikan dan binatang air lainnya yang dilakukan dirawa-rawa, sungai, danau dan laut dimana usaha ini dikenal dengan usaha penangkapan; dan kedua, pemeliharaan ikan dan binatang air lainnya  yang dilakukan oleh petani kolam sawah, peraran umum dan tepi pantai dimana usaha ini dikenal dengan budidaya perikanan (Effendi, 1979).
Dalam teknologi penangkapan ikan, Pasaribu (1994) mengungkapkan ada empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu : jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkap yang digunakan dan keahlian yang dimiliki oleh nelayan.
Keberhasilan suatu penangkapan ikan selain ditentukan oleh keadaan alat-alat juga ditentukan oleh keseimbangan antara manajemen usaha perikanan, saran penunjang (tempat pendaratan ikan, sarana pengadaan), bahan-bahan keperluan penangkapan serta mental dan keterampilan yang melaksnakannya. Selanjutnya dikatankan pula bahwa tahpan akhir yang perlu diperhatikan untuk menunjang pembangunan perikanan adalah masalah pemasaran hasilnya (Arisman,1992)
Soeseno (1993), mengatakan bahwa indonesia pada umumnya usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan masih bersifat tradisional, yaitu menggunakan alat-alat penangkapan yang menggunakan konstruksi masih relatif, sederhana dan harganya murah.
Budidaya ikan merupakan suatu usaha manusia untuk mengendalikan pertumbuhan ikan serta organisme air sedemikian rupa sehingga didapatkan hal yang lebih baik dari hasil yang diperoleh dari alam. Kegiatan ini didapai di kolam, sawah, tambak. (Sumantadinata,1983)
Usaha budidaya perikanan adalah suatu usaha yang kegiatannnya meliputi pengolahan dan produksi benih, pendederan dan pemasaran. (Syamsudin,1980)
Rendahnya produksi perikanan dalam usaha budidaya perikanan sering disebabkan oleh banyaknya petani ikan yang belum memahami teknik pengolahan budidaya perikanan secara baik, sehingga banyak lahan yang dibangun tidak memenuhi pesyaratan teknis. (Mubyarto,1987)
Suhu perairan oksigen berasal dari difusi udara maupun dari proses fotosintesis oleh organism nabati seperti fitoplankton dan tumbuhan air (Goldmen dan Horne,1983). Kadar oksigen terlarut pada suatu perairan sangat bervariasi tergantung pada suhu, turbelensi, salinitas dan tekanan atmosfir (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 1999). Kelarutan oksigen akan semakin berkurang dengan tingginya suhu dan ketinggian dari permukaan air laut. Menurut Pescod (1973) kandungan oksigen terlarut 2 mg/l sudah cukup untuk mendukung kehidupan biotic aquatic asalkan perairan tersebut tidak memiliki bahan-bahan yang memiliki racun.
            Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.



III METODE PRAKTIKUM

3.1       Waktu dan Tempat
   Praktikum Dinamika Populasi ini dilaksanakan pada tanggal 6 April 2012, di Pelabuhan Perikanan Samudra Bungus Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang Sumatera Barat.
3.2       Bahan dan Alat
            Peralatan yang digunakan dalam praktikum Dinamika Populasi ini adalah, buku penuntun dinamika populasi, alat dokumentasi dan alat tulis serta alat pendukung lainnya.
3.3       Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah metode survei lansung yaitu, melakukan pengamatan langsung ke lokasi praktek serta wawancara dengan beberapa nelayan yang ada pada lokasi praktek tersebut. Data yang dikumpulkan terdiri dari: 1) data primer yaitu data yang di dapat dari wawancara dengan nelayan. 2) data sekunder yaitu data yang didapat dari Dinas perikanan pelabuhan bungus.
3.4       Prosedur Praktikum
            Kelokasi pelabuhan bungus untuk wawancara dengan nelayan kemudian catat data yang di dapat dari hasil wawancara,tunjukan data wawancara pada asisten untuk di tanda tangan,setelah itu celupkan alat pengukur suhu perairan kedalam perairan dan catat angka yang dihasilkan alat tersebut,ukur pH perairan dengan kertas pH.






















IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1       Hasil
            Adapun hasil dari praktikum dinamika populasi yang telah dilaksanakan di pelabuhan samudra bungus,padang sumatra barat adalah sebagai berikut :

4.1.1    Data primer
            Data primer adalah data yang di dapat dari wawancara dengan nelayan di pelabuhan samudra bungus sumtra barat.
Tabel 1 data primer
no
Nama alat
Jumlah alat
Hasil/hari
Rata hasil/alat/hari/GN
Ratio hasil/hari/GN
Effort konversi GN
1
longline
10
105266
10526,6
1
10
2
Gill net
1
17
17
0,0016
0,0016
3
Pursine
2
443
221,5
0,02
0,04
4
p.tonda
6
86
14,33
0,0014
0,0084
5
Bagan
1
8
8
0,0007
0,0007

Total
20



10,0523

Konversi alat ke GN= 20/10,0523
                                  = 1,989
Hasil konversi           =1,99






4.1.1    Data Sekunder
            Data sekunder adalah data yang di dapat dari dinas perikanan bungus,padang sumatra barat:
Tabel 2 Data Sekunder
no
tahun
C
alat
Konversi GN
f(x)
c/f (y)
xy
x2
y2
1
1
105,820
19
1,99
9,55
11,08
105,800
91,1593
122,8385
2
2
153,688
24
1,99
12,06
12,74
153,6880
145,4509
162,3916
3
3
143,180
32
1,99
16,08
8,90
143,1800
258,5793
79,2813
4
4
136,536
26
1,99
13,07
10,45
136,5360
170,7028
109,2078
5
5
114,419
18
1,99
9,05
12,65
114,4190
81,8161
160,0138
6
6
101,062
14
1,99
7,04
14,37
101,0620
49,4937
206,3602
7
7
79,891
17
1,99
8,54
9,35
79,8910
72,9780
87,4589
8
8
150,317
20
1,99
10,05
14,96
150,3170
101,0076
223,6981
9
9
61,397
17
1,99
8,54
7,19
61,3970
72,9780
51,6538
10
10
76,545
18
1,99
9,05
8,46
76,5450
81,8161
71,6135
11
11
60,236
16
1,99
8,04
7,49
60,2360
64,6448
56,1279
12
12
84,127
28
1,99
14,07
5,98
84,1270
197,9748
35,7488

Total
1,267.218
249
23,88
∑x 125,13
∑y 123,62
∑xy 1267,2180
∑x2 1388,6013
∑y2 1330,6454

∑x2 = ∑ x2 – (∑ x)2
                                n
       = 1388,6013 - 125,132
                                          12
       = 1388,6013 – 1304,7931
       = 83,8082
∑y2 = ∑y2  - (∑y2 )2
                                n
        = 1330,6454 - 123,622
                                                12
        = 1330,6454 – 1273,4920
        = 57,1534
∑xy = ∑xy - ∑x (∑y)
                             n
        = 1267,2180 - 125,13 (123,62)
                                                12
        = 1267,2180 – 1289,0476
        = - 21,8296

b      = ∑xy/∑x2
              =  - 21,8296
              83,8082
        = - 0,2605                                                q       = 0,2605
a      = ∑y – (b) (∑x)
        = 123,62 – (- 0,2605) (125,13)   
                        12
        = 123,62 + 32,5964
        = 126,3364
No   =  a  x 250
            q
        = 126,3364  x 250
             0,2605
        = 484,9766 x 250
        = 121244,1
Nt    = No – c
        = 121244,1 – 84,127
        = 121160,02
MSY =   a2
              2b
         = 126,33642
            2.(- 0,2605)
         = 15960,89
              - 0,5210
         = 30635,0978
F optimal =  a
                   2 q
                 = 126,3364
                   2. (0,2605)
                 = 126,3364
                        0,5210
                  = 242,4883





%          =  c
                  MSY
               =    84,127
                 30635,0978
               = 0,0027 = 27 %

4.2         Pembahasan
Kualitas memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan makhluk hidup di air. Suatu perairan dianggap layak apabila kualitas airnya mampu mendukung kelagsungan hidup organisme yang terdapat pada perairan tersebut. Kualitas air sangat ditentukan oleh faktor fisika dan kimia yag mempengaruhi populasi organisme perairan diantaranya fitoplankton.
Bermacam-macam faktor kimia dan fisik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme, dan produktivitas organisme perairan lainnya. Faktor penting yang mempengaruhi organisme adalah cahaya, suhu, zat-zat hara, tanah dan air (Nybakken, 1992).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan usaha penangkapan adalah pemilihan alat tangkap, pemakaian metode penangkapan spesies yang ditangkap, keahlian nelayan, kedalam perairan dan karakteristik perairan (Sainbury, 1986). Sedangkan masing-masing alat tangkap memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam penerapannya diperlukan pertimbangan dari berbagai segi, antara lain aspek tekhnik penangkapan ikan itu sendiri serta harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, social ekonomi maupun ekologi.
            Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus jenis alat tangkap yang digunakan nelayan adsalah jaring insang (gilnet), jala, rawai, tangguk, perangkap. Sedangkan arnada yang digunakan adalah adalah sampan. Dalam melakukan operasi   penangkapan mereka biasanya meletakkan alat tangkap ke fishing groun pada pagi hari sekitar jam 06.00 dan mengangkatnya pada pagi harinya lagi.
            Jenis-jenis alat tangkap yang terdapat didesa Gunung Bungsu adalah Bagan, Purseine, Tonda, Jaring, Long Line, Bubu adapun diskripsi masing-masing alat penangkapan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Bagan
            Bagan Menurut Ayodhyoa (1978) bagan adalah alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya   , lebar  lebih pendek dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh dept lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh length pada arah panjang jaring.
            Bahan yang yang digunakan adalah bahan transparan berupa nilon (monofilamen) dan pinggirannya menggunakan tali yang besar (tali ris). Jaring ini sipasang pada permukaan beragam dengan pancang atau tiang yang sengaja dipasang. P anjang gillnet yang digunakan oleh nelayan didesa Gunung Bungsu adalah 70 sedangkan lebarnya adalah 5 m.
Pemasangan jaring ini dengan membentangkan dari tepian sungai ketepian sungai lainnya jaring seperti ini disebut jaring insang hanyut, atau bisa juga memasangnya pada daerah agak kepinggir yaitu sewpanjang tepian secara horizontal disebut jaring insang tancap.
            Alat ini dioperasikan pada pagi hari atau sore hari. Ikan yang sering tertabgkap adalah ikan motan (Thinnichtys tinoides), ikan kapiek (Puntius schwanefeldi), ikan Baung (Mystus nemurus). Hasil rata-rata yang diperoleh dalam satu kali operasi adalah 1000 kg/hari.
B.  Purseini
            Nelayan bungus menggunakan Purseini sebagai alat untuk menangkap ikan, selain modalnya sedikit cara pengoperasiannya juga mudah.
            Jenis pancing yang biasa digunakan adalah pancing purseini dengan ukuran mata pancingnya adalah 2 inc umpan yang digunalan adalah lipas batang dalam satu rawai itu terdapat 40 buah mata pancing.
            Biasanya setiap nelayan memiliki lebih dari satu pancing rawai dan dipasang pada pagi hari dan dibiarkan baru kemudian diangkart pada pagi harinya lagi. Biasanya hasil tangkapan tidak terlalu banyak cukup untuk dikomsumsi keluarga saja tapi semua pancing rawai yang diletakkan tidak pernah penuh mengait ikan. Ikan yang sering  tertangkap oleh alat ini adalah ikan Baug (Mistus nemurus). Hasil rata-rata yang diproleh setiap satu kali operasi adalah 200kg/hari.
C. Tonda       
            Tonda adalah alat tangkap berbentuk kerucut yang prinsip kerjanya menyungkup dan megurung ikan.  Bahan yang digunakan untuk jala ini adalah benanng nilon, dan pada bagian bawah  diberi pemberat disekeliling mulut jala ini dimaksudkan agar jala mudah tenggelam ke dasar sehingga dapat menjerat ikan dengan cepat.
            Tonda ini di operasikan padsa pagi dan sore hari, cara pengoperasian jala ini dengan melemparkan keperairan yang terdapat ikan atay disebut lubuk ikan oleh nelayan, biasanya bisa dipinggir sungai atau nelayan pergi ketengah  sungai dengan menggunakan sampan dayung. Setelah jala dilemparkan dan diduga ikan telah tertangkap kemudian jala ditarik perlahan-lahan dan ikan yang terperangkap diambil dan kemudian dijual bila hasil tangkapannya banyak, biasanya jala ditebarkan pada saat air  keruh sehingga ikan mudah tertangkap oleh jala, karena bila air keruh maka pengkihatan ikan juga berkurang akibatnya ikan mudah ditangkap.
Dari data yang telah diproleh maka dapat dicari penghasilan rata- rata penghasilan nelayan di desa Gunung Bungsu adalah 25,5/9 = 5,1kg perhari, namun hasil ini akan meningkat bila musim hujan karena pada musim hujan ada salah asatu jenis ikan yang keberadaannya meningkat sampai berlipat-lipat sampai mencapai 50 kg perhari  dengan harga pasaran 4500/kgnya maka nelayan akan memproleh penghasilan sekitar Rp 225.000/hari.
D. Jaring
            Jaring adalah salah satu alat tangakap fishing with traps yang berbentuk empat panjang bujur sangkar dimana disalah satu sisinya dibuatsedemikian rupa sehingga ikan yang sudah tidak dapat keluar lagi (Von Brandt, 1984).
            Cara pengoperasian pengilau ini adalah dengan menancapkannya dipinggiran sungai dan diberi umpan, nelayan desa menggunakan bukil kepala dan bangkai ayam nutuk dijadikan umpan, Umpan ini dimasuksudkan untuk menarik ikan agar masuk dalam perangkap. Menurut Von Brandt (1984) menyatakan prinsip dan metode penangkapan ikan dengan menggunakan unpan adalah untuk memikat ikan dengan sesuatu mangsa yang mangsa itu adalah umpan itu sendiri, tertariknya ikan terhadap umpan adalah berupa bau, rasa, bentuk, dan warna.
Kegiatan usaha budidaya perikanan dimaksudkan untuk: menghasilkan bahan pangan berprotein dan bernilai gizi tinggibagi keperluan dalam maupun luar negeri, menghasilkan biota perairan sebagai sarana rekreasi(pemancingan) dan hiburan, menghasilkan ikan umpan bagi usaha penangkapan ikan,melestarikan plasma nutfah, pemuliaan jenis dan pengendalian populasi sumberdaya ikan (restocking dan rekruitmen), serta dapat meningkatkan lapangan kerja.
Budidaya ikan dalam keramba sangat berperan dalam membantu melestarikan sumber air ini diperairan umum, karena penangkapan yang dilakukan secara terus menerus akan mengganggukelestarian di perairan tersebut.
Penangkapan ikan pada umumnya dilakukan tanpa memperhatikan ukuran ikan. Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih kecil. Secara garis besar, peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :
1) Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di perairan umum.
2) Meningkatkan produksi Wan yang bernilai ekonomi tinggi serta memenuhi       kebutuhan konsumsi ikan secara terus menerus.
3) Meningkatkan pendapatan Para petani ikan serta kesejahteraan petani ikan sepanjang tahun.
4) Menghindari adanya masa paceklik bagi para nelayan dimana pada musim barat para nelayan tidak dapat menangkap ikan.
5) Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat secara umum.

Pemasangan Keramba
Bentuk keramba hanya dibedakan menjadi dua macam yaitu berbentuk empat persegi dan bundar panjang. Keramba berbentuk empat persegi maupun kotak, sebagai bahan pada umumnya dibuat dari bambu maupun papan. Bentuk bundar panjang, yaitu keramba menyerupai bubu pada umumnya dibuat dari bilah bambu. Cara pemasangan atau penempatan keramba, secara umum , dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Keramba terendam secara keseluruhan. Pemasangannya direndam dalam air kurang lebih 20 Cm di bawah permukaan air. Keramba ini sesuai untuk perairan yang sempit dan tidak begitu dalam. Mempunyai tiga sisi, dua sisi melintang arus dan satu sisi sejajar arus.
2) Keramba terendam sebagian, kurang lebih 10 Cm berada di atas permukaan air. Mempunyai enam sisi, di mana terdiri dari empat sisi, dimana terdiri dari empat sisi memanjang dan dua sisi melintang, jenis keramba ini cocok untuk dipasang di perairan yang dalam dan luas seperti di sungai, danau, waduk dan rawa.
3) Keramba pagar berbentuk pagar keliling yang langsung ditancapkan ke dasar air. Keramba ini harus selalu digenangi air, baik pada waktu air pasang maupun air surut. Pada umumnya dikembangkan oleh penduduk yang tinggal di rumah terapung.
Sumber : Menuju Pertanian Tangguh, Surat Kabar
Sinar Tani, 1996
Kualitas perairan di Pelabuhan Perikanan Bungus masih tergolong baik, dengan CO2 50 mg/l dan DO nya 5 ppm. Airnya masih bersih, jernih, industri dan pelabuhan.

















V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.        Kesimpulan
Aktivitas penangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Bungus saat-saat tertentu atau musim-musim tertentu hasil tangkapan meningkat dan kadangkala menurun.
Hasil tangkapan para nelayan pada umunya dijual dan sisanya digunakan untuk kebutuhan gizi akan ikan. Hasil tangkapan mereka sangat tergantung pada cuaca atau iklim, badai, musim pemijahan, dan lokasi penangkapan. Alat tangkap yang dominan digunakan yakni; bagan. Namun selain bagan juga digunakan purse-seine, tonda, jaring, long line, bubu.
5.2.        Saran
Dari hasil praktikum ini diharapkan perlunya perhatian dari pemerintah terutama terhadap kesejahteraaan masyarakat Teluk Kabung, terutama pada sektor perikanannya. Padahal apabila dikembangkan dengan optimal akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kepada pemerintah disarankan agar dapat memberikan arahan atau bimbingan kepada nelayan-nelayan yang terdapat di desa teluk kabung dalam hal penangkapan, penanganan pasca panen maupun budidaya, sehingga mereka dapat mengetahui cara melakukan penangkapan dengan tetap memperhatikan kelestarian dari ikan-ikan tersebut. Selain itu dengan adanya arahan dalam budidaya mereka akan menambah penghasilan mereka melalui usaha budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayodhya. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 97 hal.
Arinardi.1976. Kualitas Dan Distribusi Spasi Karakteristik Fisika Kimia Perairan Sungai Sulir Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis. Berkala Perikanan Terubuk ISSN 0126-4265 Vol. 29, No. 2.
Arisman. 1982. Perikanan laut. Penerbit Angkasa bandung. 98 hal.
Clarkroff,J.,R,. 1976. Phytoplankton. Edwar Amild Ltd. London. 115 pp.
Dahuri, R., J. Rais. S.P Ginting dan J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.t. Pradnya Paramita. Jakarta, 328 Hal.
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97 hal.
Fauzi. 1985. Pengantar Pengetahuan Peta. Pelatihan Pejabat Eselon IV Pemerintahan Daerah Tk.II Indragiri Hilir. Riau. 11 hal.
Galib, M.Zulkifly dan Bustari 1995. Penelitian Front di perairan Bagan Siapi-api Prof  Riau Fakultas Perikanan UNRI. 56 hal (tidak diterbitkan).
Malik. B.A. 1998. Prospek Pembangunan Perikanan di daerah Riau. Hal 158-185. dalam Feliatra (ed). Stretegi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional dalam Meningkatkan Devisa Negara. UNRI Press. Riau
Michael ,1984. Pengolahan dan Pengawetan Hasil Perikanan .Penebar Swadaya  Jakarta 259 hal.
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R). Bogor. 254 hal.
Nyabbken, 1982. Bunga Faktor Pemilihan Tunggal dan Tingkat Optimum Ekploitasi Perikanan.Ekonomi Perikanan PT. Rama Jaya Abadi Pekanbaru Gramedia Jakarta 83 hal.
Odum 1871. Masyarakat Perikanan Nusantara Dalam Pembangunan Nasional. Makalah Seminar Prospek Perikanan Riau Dalam Menghadapi Pasar Bebas Tanggal 18 November 1996. Pekanbaru. 11 hal.
Ongkosongo 1980.Strategi Penyimpanan dan Pengembangan Kualitas Sumberdaya Manusia pada Pembangunan Agribisnis Perikanan Indonesia. Makalah pada Seminar Sehari. Himpunan Sosial Ekonomi Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 89 hal.
Pasaribu, A.M.1994. Fenomena Kapal Penangkapan Ikan. Yayasan Guna, Jakarata. 90 hal.
Pariwono, J.I. 1992. Proses-proses Fisik di Wilayah Perairan Pantai dalamkursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir secara terpadu dan Holistik. Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian IPB, Bogor. 30 hal.
Presiden Republik Indonesia, 2004. Undang-undang no. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Perairan. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta. 105 hal.
Raymond.1963. Pengolahan dan Pengawetan Ikan .Kanisius.Yogyakarta 125 halaman
Sachlan,M. 1980. Planktonologi. Diktat Perkuliahan Planktonologi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 63 hal.
Sugiarto, 1995. Hubungan antara air dengan kandungan klorophil di waduk ketrodesa ketro.
Soesono, S. 1993. Teknologi Penangkapan dan Pengolahan Ikan. Yayasan Kanisius, Jakarata, 63 hal.
Syamsuddin, A.R. 1990. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara, Jakarta. 58 hal.
Wardoyo, ST. H.1981. pengelolaan kualitas air, proyek peningkatan mutu penggunaan tinggi IPB, Bogor 53 hal.
Welch, P. S. 1952. Limnology. 2nd  edition Mc Graw-Hill Book company, Inc. New York. Yoronto and London. 538 pp.



 








LAMPIRAN


Lampiran 1 lokasi praktikum
DSCI1006.JPG
DSCI1004.JPG


DSCI1007.JPG
DSCI1010.JPG


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                  Halaman
1.                  Lokasi praktikum...........................................................................             25
2.                  Data primer dan sekunder.............................................................             28



















DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                          Halaman
1. ......... Data primer....................................................................................           12
2.  ........ Data sekunder...............................................................................           13


















DAFTAR ISI

Isi                                                                                                               Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................              i
DAFTAR ISI.............................................................................................             ii
DAFTAR TABEL....................................................................................            iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................            iv
1                       PENDAHULUAN.......................................................................             1
1.1  Latar Belakang........................................................................             1
1.2  Tujuan dan Manfaat................................................................             4
II.......... TINJAUAN PUSTAKA.............................................................             5
III........ METODE PRAKTIKUM .........................................................           10  
............. 3.1 Waktu dan Tempat..................................................................           10
............. 3.2 Bahan dan Alat.......................................................................           10
............. 3.3 Metode Praktikum...................................................................           10
............. 3.4 Prosedur Praktikum.................................................................           10
IV........ HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................           12
............. 4.1 Hasil........................................................................................           12
.............        4.1.1 Data Primer...................................................................           12
.............        4.1.2 Data Sekunder...............................................................           13
              4.2 Pembahasan............................................................................           15
V.......... KESIMPULAN DAN SARAN...................................................           22
............. 5.1 Kesimpulan..............................................................................           22
............. 5.2 Saran........................................................................................           22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dinamika populasi sebagaimana mestinya.
            Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen  beserta para asisten mata kuliah dinamika populasi yang telah membantu penulis selama pratikum sampai pada penulisan laporan ini.
  Dalam penulisan laporan ini sebagai seorang manusia tentu saja tidak luput dari kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan kritikan-kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
           


Pekanbaru,20 Mei 2012

Windarti Nofriyan N




                       
LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

Oleh :
WINDARTI NOFRIYAN NENGSIH
1004136050
ILMU KELAUTAN









FAKULTAS PERIKANAN DAN LMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar